Karangan
Menurut Akmal (2007), “Menulis adalah
suatu kegiatan menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan sebagai bentuk
ungkapan perasaan juga sebagai cara untuk mengungkapkan suasana hati”. Wujud
ungkapan perasaan yang dituangkan dalam kegiatan menulis merupakan rangkaian
huruf ataupun angka yang memiliki arti. Hal ini sesuai dengan pendapat The
Liang Gie (2002;3);
Menulis
arti pertamanya semula ialah membuat huruf, angka, nama dan sesuatu tanda
kebahasaan apa pun dengan sesuatu alat tulis pada suatu halaman tertentu. Kini
dalam pengertian yang luas menulis merupakan kata sepadan yang mempunyai arti
yang sama seperti mengarang.
Sebagai suatu
keterampilan berbahasa, menulis merupakan kegiatan yang kompleks. Kompleksitas
menulis terdapat pada kemampuan penulis menyusun dan mengorganisasikan isi
tulisannya serta menuangkan dalam bahasa tulis. Pengertian menulis adalah:
Kegiatan penyampaian pesan (gagasan, perasaan, dan
informasi) secara tertulis kepada pihak lain. Sebagai salah satu bentuk
komunikasi verbal, menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan,
pesan atau isi tulisan, saluran atau medium tulisan, dan pembaca sebagai
penerima pesan (Subarti Akhadiah1998:1.16).
Pendapat di atas
tentang deskripsi menulis atau mengarang secara umum menyatakan bahwa menulis atau
mengarang merupakan bentuk komunikasi yang tersusun dalam bentuk tulisan. Hal
ini sesuai dengan tujuan mengarang menurut The Liang Gie (2002:10), Tujuan
mengarang seseorang bermacam-macam diantaranya;
Ingin terkenal, mendapat honorarium, mempengaruhi orang
lain, mencerdaskan masyarakat, menghibur kanak-kanak, menenangkan kalbu,
menyampaikan pengetahuan, atau sekedar menghabiskan waktu senggang.
Secara tersirat
pendapat di atas mengemukakan bahwa dalam menulis memerlukan ketekunan latihan,
gemar membaca untuk menambah reverensi kosakata, hingga pada implementasi
ungkapan yang berbentuk sebuah tulisan. Menurut Nursito (2005), ”Kemampuan komunikasi
langsung dalam bentuk bahasa lisan, menyimak dan berbicara merupakan tingkatan
dasar atau paling sederhana. Tingkatan lebih tinggi adalah membaca, dan tingkat
teratas adalah menulis atau mengarang dalam bentuk bahasa tulis”.
Membaca dan menulis merupakan rangkaian yang tak
terpisahkan. Aktivitas membaca akan lebih mudah untuk diingat ketika dituangkan
lagi dalam bentuk tulisan. Hal ini tertuang dalam tips membaca dan menulis menurut
Sugeng Agus Priyono (2006:33), yaitu;
1)
Tips
Membaca
(a)
Menumbuhkan
kebutuhan untuk membaca, melalui informasi dari pendidik serta motivasi dari
orang tua untuk mencari informasi tentang apa yang menarik di lingkungannnya
(b)
Memilih
buku sesuai dengan kebutuhan
(c)
Membaca
kilas
(d)Mendiskusikan
isi bacaan
(e)
Menulis
atau membuat peta informasi penting yang di dapat ataupun memainkannya menjadi
sebuah pagelaran drama atau tablo
2)
Tips
Menulis
(a)
Melihat
langsung suatu peristiwa atau obyek
(b)
Mendiskusikan
apa yang menarik dari yang dilihat, atau menemukan informasi dari buku
(c)
Menulis
draf
(d)
Menyampaikan
pada pendidik atau orang yang lebih tua untuk diperbaiki
(e)
Menulis
ulang dan memeriksa tanda baca pada tahap akhir, buka pada awal membuat draf,
karena dapat mengganggu kelancaran mengekspresikan gagasan
(f)
Mempublikasikan
tulisan, merancang desain penampilan
Kegiatan membaca buku yang dilakukan
oleh peserta didik, dapat menghasilkan beraneka bentuk ekspresi, yakni peta
pikiran, peta pikiran disertai gambar, gambar beserta keterangan gambar,
loparan pengamatan, desain baru karya seni atau teknologi, scenario, naskah
drama, naskah puisi nobel, berita, bahkan pementasan drama atau film. Hal ini
sejalan dengan pendapat Akmal
(2007), “Mengarang adalah rangkaian kegiatan manusia yang menghubungkan
pengetahuan, pengalaman, tenaga, waktu, akal, (kecerdasan berpikir), kekayaan
batin atau imajinatif. Bila dituangkan dalam bentuk tulisan, dapat memberi
manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain”.
Menurut The Liang Gie (2002), “Karangan
adalah hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca
dan dimengerti oleh masyarakat”. Lebih spesifik karangan pada hakikatnya adalah
akumulasi dari berbagai paragraf yang tersusun dengan sistematis, koheren,
memiliki kesatuan, ada bagian utama pengantar, isi dan penutup (Djago Tarigan, 2009:40).
Menurut Nursito (2005), karangan terbagi dalam
beberapa jenis yaitu;
1)
Narasi
Karangan
narasi dapat bersumber dari fakta atau sekedar fiksi, berupa rangkaian
peristiwa dan bersifat mencaeritakan. Hal ini sesuai dengan konsep karangan
narasi menurut Nursito yaitu; ”Karangan yang berupa rangkaian
peristiwa yang terjadi dalam satu kesatuan waktu. Karangan yang tergolong dalam
jenis narasi adalah cerpen, novel, dan semua karya prosa imajinatif” (Nursito,
2005: 39). Hal ini seperndapat dengan pengertian wacana narasi menurut Suherli
(2007:6);
Wacana
narasi disebut juga wacana kisahan. Wacana jenis ini menyajikan suatu peristiwa
atau kisah kronologis dengan penataan jalan cerita (alur) secara menarik. Peristiwa atau kisah
yang disajikan dengan wacana narasidapat meningkatkan pemahaman pembaca
terhadap peristiwa yang disajikan dalam tulisan.
Pengertian lain tentang karangan narasi
adalah :
Suatu
bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan
dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu.
Atau dapat dirumuskan dengan cara lain, narasi adalah suatu bentuk wacana yang
berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa
yang telah terjadi (Gorys Keraf 2007: 135).
Deskripsi
tentang karangan narasi menurut Aipin “Narasi adalah
cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur narasi dapat berisi fakta
atau fiksi”. Karangan jenis narasi merupakan “Karangan atau
ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa. Sasarannya
adalah memberikan gambaran sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai fase,
langkah, urutan, atau rangkaian terjadinya suatu peristiwa” (Subarti Akhadiah
1998:1.14).
Paragraf
narasi dalam penyampaiannya memiliki tujuan yaitu:
Menyajikan peristiwa
atau mengisahkan apa yang telah terjadi dan bagaimana suatu peristiwa terjadi.
Kejadiannya boleh berupa sesuatu yang dikhayalkan oleh peneliti dan dihidupkan
dalam alam fantasi yang sama sekali jauh dari realita kehidupan (Nursito; 2005:
39).
Berdasarkan
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan secara sederhana, karangan narasi
merupakan karangan berbentuk cerita. Pada karangan narasi terdapat peristiwa
atau kejadian dalam suatu urutan waktu. Pada saat kejadian tersebut terdapat
pula tokoh yang menghadapi suatu konflik.
2)
Deskripsi
Paragraf deskripsi
secara umum adalah sebuah paragraf yang menyajikan atau memberikan perincian
atau detail tentang objek sehingga dapat memberi pengaruh pada sentivitas dan
imajinasi pembaca. Pembaca atau pendengar seakan-akan mereka ikut melihat,
mendengar, merasakan, atau mengalami langsung apa yang terjadi pada objek
tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Suherli (2007:10), mengenai paragraf
deskripsi yaitu:
Wacana deskripsi disebut juga wacana lukisan. Wacana jenis ini menyajikan
suatu peristiwa atau objek hasil penginderaan dengan cara melukiskan,
menggambarkan, atau memerikan sehingga pembaca seperti menyaksikan, mengindra,
atau mengalami sendiri secara langsung. Peneliti yang ingin menyampaikan materi
secara detail melalui penggambaran atau pemerian dapat memilih jenis wacana ini.
Peneliti akan memberikan gambaran apa adanya tentang apa yang diceritakan serta
dilukiskan dengan sehidup-hidupnya dalam sebuah karangan deskripsi. Sebuah
karangan deskripsi tidak mencantumkan sebuah pertimbangan ataupun sebuah
pendapat. Hal ini sesuai dengan pengertian:
Deskripsi (perian) adalah karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan
keadaan sebenarnya sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar,
merasakan, dan mencium) apa yang dilukiskan sesuai dengan citra penelitinya
(Nursito, 2005:40).
Senada dengan pendapat di atas,
menurut Aipin “Karangan deskriptif
berisi gambaran
mengenai suatu hal keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar,
atau merasakan hal tersebut”
Berdasarkan
beberapa pendapat di atas secara sederhana mengungkapkan bahwa karangan diskripsi
merupakan sebuah karangan yang menggambarkan apa adanya dilukiskan semaksimal
mungkin untuk dapat dirasakan oleh pembaca serta tidak adanya sebuah pendapat
atau pertimbangan. Tanpa adanya sebuah pertimbangan memberikan usaha semaksimal
mungkin membawa dunia pembaca pada diri seorang pengarang yang merasakan secara
langsung.
3)
Eksposisi
Karangan eksposisi
memiliki beberapa informasi yang disajikan dalam tulisan dengan menjelaskan
pertanyaan apa, siapa,kapan, di mana, dan bagaimana. Pengertian karangan
Eksposisi (paparan) adalah:
Karangan
yang menerangkan atau menjelaskan pokok pikiran yang dapat memperluas wawasan
atau pengetahuan pembaca. Melalui eksposisi, peneliti berusaha menjelaskan
suatu idea tau gagasan, menganalisa sesuatu, membatasi penertian sebuah
istilah, memberikan perintah, dan sebagainya (Nursito, 2005: 41).
Jenis karangan ini
disajikan fakta-fakta sebagai informasi yang harus diketahui oleh pembaca. Menurut
Suherli (2007), eksposisi ”disebut
juga wacana bahasan. Wacana ini menyajikan sesuatu peristiwa atau objek dengan
cara menjelaskan, menerangkan, memberitahukan agar orang lain mengetahuinya”. Menurut Aipin Karangan eksposisi berisi:
Uraian atau penjelasan tentang suatu
topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca.
Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau
statistik. Eksposisi merupakan sebuah karangan yang berisikan sebuah penjelasan atau
informasi beserta contoh, fakta, atau gambar-gambar yang pada bagian akhir
karangan terdapat kalimat penegasan.
Penulisan karangan ini dimaksudkan untuk
memberitahukan sesuatu, tidak mempengaruhi atau menggerakkan pembaca. Apakah
informasi yang disampaikan penulis akan dipercaya dan diterima atau tidak,
terserah pembaca. Sebuah karangan eksposisi dapat disimpulkan secara umum disajikan
dengan tujuan menjelaskan, menerangkan, memberitahukan sesuatu atau peristiwa
agar orang lain mengetahui apa yang sedang terjadi. Selain itu berisi
penjelasan atau informasi dengan menggunakan fakta, contoh ataupun angka-angka.
4)
Argumentasi
Karangan argumentasi bermaksud menyampaikan pendapat
atau idenya dengan menyertakan alasan yang kuat sehingga pembaca memahami
gagasan yang disajikan. Sejalan dengan pengertian secara umum tersebut paragraf
argumentasi menurut Subarti Akhadiah (1998:8.35), dimaksudkan untuk “Mempengaruhi
pikiran, pendapat, atau sikap pembaca sehingga dia mempercayai dan mengikuti
apa yang disampaikan peneliti”.
Pendapat lain
tentang paragraf argumentasi adalah:
Karangan yang
berusaha memberikan alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat,
pendirian, atau gagasan yang didalam sebuah argumen dikuatkan dengan bukti dan
alasan yang dapat meyakinkan orang lain bahwa pendapat kita memang benar (Nursito,2001:43).
Menurut Suherli (2007), Wacana
Argumentasi disebut juga wacana alasan. Wacana jenis ini menyajikan suatu
pendapat, gagasan, atau ide tentang sesuatu yang disertai dengan alasan-alasan
untuk memperkuatnya”. Sependapat dengan pendapat Suherli karangan Argumentasi
menurut Gorys Keraf (2007), “Sebuah tulisan yang ingin mengubah sikap, bertolak
dari dasar-dasar tertentu, menuju sasaran yang hendak dicapai disertai dengan
logika sebagai alat bantu utama”.
Pendapat di atas diperkuat dengan penegasan tentang paragraf
argumentasi yang menurut Nursito (2007) memiliki sebuah tujuan;
Mengubah atau
mempengaruhi pikiran serta sikap orang lainsehingga mereka menyetujui pendapat
dan keyakinan kita. Hal itu dapat tercapai apabila peneliti mampu membuktikan
dan memberikan alasan bahwa apa yang tertulis itu benar adanya.
Secara sederhana paragraf argumentasi adalah sebuah paragraf
yang berusaha meyakinkan orang lain dengan argumen-argumen serta dikuatkan oleh
bukti-bukti. Tujuan paragraf tersebut adalah untuk mempengaruhi pikiran
seseorang terhadap suatu permasalahan dan berusaha untuk meyakinkannya.
5) Persuasi
Karangan persuasi disajikan berupa
ajakan kepada pembaca untuk melakukan sesuatu sesuai dengan harapan peneliti.
Ajakan didasarkan pada alasan yang jelas atau pada hasil kajian.
Persuasi
atau himbauan adalah jenis karangan yang di samping mengandung alsan-alasan dan
bukti atau fakta, juga mengandung ajakan atau himbauan agar pembaca mau
menerima dan mengikuti pendapat dan kemauan peneliti (Nursito, 2005:45).
Menurut
Subarti Akhadiah (1988;8.31), “Bentuk karangan yang akrab dengan kehidupan
sehari-hari. Paragraf persuasi, hasil proses berfikir diarahkan untuk
mendapatkan kesepakatan dari pembaca mengenai isu atau persoaaln yang
dikemukakan”. Paragraf persuasi dibuat pada dasarnya bertujuan untuk:
Mempengaruhi dan
mengubah sikap atau menghimbau pembaca agar dengan sukarela melakukan sesuatu
sesuai dengan kehendak peneliti yang kemudian disertai kesadaran dan dilandasi
oleh pengertian. Untuk mempengaruhi sikap seseorang (pembaca), diperlukan
alasan dan bukti nyata sehingga pembaca mempercayai peneliti (Nursito,
2005:45).
Berdasarkan beberapa pendapat tentang karangan
persuasi di atas secara umum mengemukakan bahwasannya paragraf persuasi
merupakan sebuah paragraf yang tidak berbeda jauh dengan paragraf argumentasi.
Paragraf argumentasi berisi sebuah pendapat atau argumen yang berupa alasan dan
bukti, selain itu terdapat unsur imbauan atau ajakan, serta tidak memiliki konflik
atau pertantangan dalam paragraf tersebut.
Daftar
Pustaka
Djago
Tarigan, 2009, Membina Keterampilan
Menulis Paragraf dan Pengembangannya, Bandung: Angkasa Bandung
Gorys
Keraf, 2007, Argumentasi dan Narasi, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama
Nursito,
2005, Penuntun Mengarang, yogyakarta:
Adi Cita
Sugeng agus Priyono, 2006, Perpustakaan Atraktif, Jakarta,
Gramedia Widisarana Indonesia.
Suherli, 2007, Menulis Karangan
Ilmiah Kajian dan Penuntun dalam Menyusun Karya Tulis Ilmiah, Jakarta:
Arya Duta.
Bismillah.....Semoga Bermanfaat !
No comments:
Post a Comment