Mengarang di Sekolah Dasar
Menulis merupakan merupakan salah satu
kemampuan berbahasa yang harus dimiliki peserta didik disekolah dasar.
Berkembangnya kemampuan menulis peserta didik dapat mengkomunikasikan ide,
penghayatan, dan pengalamannya kepada berbagai pihak terlepas dari ikatan waktu
dan tempat. Selain itu, peserta didik juga akan memperoleh pengetahuan yang
bermanfaat bagi perkembangan daya nalar, sosial, emosionalnya, berfikir kritis
dan kreatif melalui pengajaran menulis.
Kegiatan mengarang disekolah dasar tidak
memiliiki tingkat kesulitan seperti yang diajarkan dalam tingkatan SLTP dan
SLTA ataupun sekolah yang sederajat. Selain belum mengenal jenis-jenis karangan
seperti narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi, kegiatan
mengarang di tingkat sekolah dasar juga masih diwarnai dengan kesederhanaan
materi dan secara tidak langsung hal tersebut berkaitan dengan peserta didik.
Mengarang
di Sekolah Dasar ditandai dengan realita khas, yaitu perlunya sebuah gambar
sebagai penuntun daya asosiasi peserta didik. Pembelajaran menulis lanjut
disekolah dasar, menekankan pada pelatihan penelitian atau penyusunan kalimat
dengan ejaan yang tepat dan benar. Nursito (2005:79),
Pentingnya sebuah latihan dan memperbanyak
reverensi sebuah bacaan akan mengembangkan inspirasi peserta didik dalam
mengarang untuk menjadi sebuah karangan yang dapat dikategorikan baik di
tingkat sekolah dasar. Sebuah karangan yang baik menuntut penggunaan aspek
kebahasaan yang baik. Menurut Djago Tarigan (2009) secara umum penggunaan aspek
kebahasaan yang perlu diperhatikan dalam menyusun sebuah paragraf meliputi; “Penelitian
huruf, penelitian kata, penelitian kata serapan, tanda baca, pembentukan kata,
penyusunan kalimat”.
Kesederhanaan bentuk penelitian karangan
peserta didik terlihat pada kompetensi dasar yang diharapkan diperoleh peserta
didik dalam menulis sebuah karangan. Hasil belajar yang diharapkan diperoleh
dalam pembelajaran menulis karangan pada peserta didik kelas V adalah peserta
didik dapat menulis karangan berdasarkan gambar yang diacak (Hanif Nurcholis dan
Mafrukhi; 2005:1).
Mengembangkan keterampilan mengarang pemula
untuk tingkat dasar seperti peerta didik kelas V memerlukan beberapa tips.
Menurut Akmal (2007) ada 8 langkah sederhana menulis karangan bagi pemula
yaitu: (a) Membaca, (b) Mencatat poin-poin penting, (c) Menuliskannya, (d) Menyusun
kembali, (e) Meminta masukan, (f) Merevisi, (g) Membuat salinan, (h) Mengirimkan
ke penerbit.
Banyak cara yang dilakukan pendidik untuk
membuat peserta didik dapat memahami tentang keterampilan mengarang. Karena,
terampilnya mengarang dapat dipengaruhi tingkat pemahaman atau penguasaan materi
tentang mengarang yang baik peserta didik. Sehingga pendidik harus menentukan
cara yang paling tepat untuk mengajarkan tentang mengarang.
Menurut Djago tarigan (2009), “Penggunaan atau
pemilihan cara ditentukan pada beberapa faktor yaitu: usia, kesiapan peserta
didik, tingkat pendidikan peserta didik, bahan, alat bantu, serta situasi”.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka
dapat peneliti simpulkan bahwa mengarang di Sekolah Dasar menggunakan media
gambar sebagai realita yang khas untuk mengembangkan hasil karangannya. Selain
dari pada itu, mengarang di Sekolah Dasar belum mengenal berbagai macam jenis paragraf
yang diajarkan pada sekolah lanjutan.
Daftar
Pustaka
Djago
Tarigan, 2009, Membina Keterampilan
Menulis Paragraf dan Pengembangannya, Bandung: Angkasa Bandung
Hanif
Nurcholis & Mafrukhi, 2005, Saya
Senang Berbahasa Indonesia Untuk Sekolah Dasar Kelas V, Jakarta: Erlangga
M. Akmal, 2007, Nulis
Yuk! Novel dan Cerpen bagi Pemula, Jakarta: Lembaga penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia
Nursito,
2005, Penuntun Mengarang, yogyakarta:
Adi Cita
No comments:
Post a Comment