Friday 1 April 2016

Karangan dalam Bahasa Indonesia



Karangan
Menurut Akmal (2007), “Menulis adalah suatu kegiatan menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan sebagai bentuk ungkapan perasaan juga sebagai cara untuk mengungkapkan suasana hati”. Wujud ungkapan perasaan yang dituangkan dalam kegiatan menulis merupakan rangkaian huruf ataupun angka yang memiliki arti. Hal ini sesuai dengan pendapat The Liang Gie (2002;3);
Menulis arti pertamanya semula ialah membuat huruf, angka, nama dan sesuatu tanda kebahasaan apa pun dengan sesuatu alat tulis pada suatu halaman tertentu. Kini dalam pengertian yang luas menulis merupakan kata sepadan yang mempunyai arti yang sama seperti mengarang.
Sebagai suatu keterampilan berbahasa, menulis merupakan kegiatan yang kompleks. Kompleksitas menulis terdapat pada kemampuan penulis menyusun dan mengorganisasikan isi tulisannya serta menuangkan dalam bahasa tulis. Pengertian menulis adalah:
Kegiatan penyampaian pesan (gagasan, perasaan, dan informasi) secara tertulis kepada pihak lain. Sebagai salah satu bentuk komunikasi verbal, menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau medium tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan (Subarti Akhadiah1998:1.16).

Pendapat di atas tentang deskripsi menulis atau mengarang secara umum menyatakan bahwa menulis atau mengarang merupakan bentuk komunikasi yang tersusun dalam bentuk tulisan. Hal ini sesuai dengan tujuan mengarang menurut The Liang Gie (2002:10), Tujuan mengarang seseorang bermacam-macam diantaranya;
Ingin terkenal, mendapat honorarium, mempengaruhi orang lain, mencerdaskan masyarakat, menghibur kanak-kanak, menenangkan kalbu, menyampaikan pengetahuan, atau sekedar menghabiskan waktu senggang.
Secara tersirat pendapat di atas mengemukakan bahwa dalam menulis memerlukan ketekunan latihan, gemar membaca untuk menambah reverensi kosakata, hingga pada implementasi ungkapan yang berbentuk sebuah tulisan. Menurut Nursito (2005), ”Kemampuan komunikasi langsung dalam bentuk bahasa lisan, menyimak dan berbicara merupakan tingkatan dasar atau paling sederhana. Tingkatan lebih tinggi adalah membaca, dan tingkat teratas adalah menulis atau mengarang dalam bentuk bahasa tulis”.
Membaca dan menulis merupakan rangkaian yang tak terpisahkan. Aktivitas membaca akan lebih mudah untuk diingat ketika dituangkan lagi dalam bentuk tulisan. Hal ini tertuang dalam tips membaca dan menulis menurut Sugeng Agus Priyono (2006:33), yaitu;
1)   Tips Membaca
(a) Menumbuhkan kebutuhan untuk membaca, melalui informasi dari pendidik serta motivasi dari orang tua untuk mencari informasi tentang apa yang menarik di lingkungannnya
(b) Memilih buku sesuai dengan kebutuhan
(c) Membaca kilas
(d)Mendiskusikan isi bacaan
(e) Menulis atau membuat peta informasi penting yang di dapat ataupun memainkannya menjadi sebuah pagelaran drama atau tablo
2)  Tips Menulis
(a)  Melihat langsung suatu peristiwa atau obyek
(b)  Mendiskusikan apa yang menarik dari yang dilihat, atau menemukan informasi dari buku
(c)  Menulis draf
(d) Menyampaikan pada pendidik atau orang yang lebih tua untuk diperbaiki
(e)  Menulis ulang dan memeriksa tanda baca pada tahap akhir, buka pada awal membuat draf, karena dapat mengganggu kelancaran mengekspresikan gagasan
(f)   Mempublikasikan tulisan, merancang desain penampilan
Kegiatan membaca buku yang dilakukan oleh peserta didik, dapat menghasilkan beraneka bentuk ekspresi, yakni peta pikiran, peta pikiran disertai gambar, gambar beserta keterangan gambar, loparan pengamatan, desain baru karya seni atau teknologi, scenario, naskah drama, naskah puisi nobel, berita, bahkan pementasan drama atau film. Hal ini sejalan dengan pendapat Akmal (2007), “Mengarang adalah rangkaian kegiatan manusia yang menghubungkan pengetahuan, pengalaman, tenaga, waktu, akal, (kecerdasan berpikir), kekayaan batin atau imajinatif. Bila dituangkan dalam bentuk tulisan, dapat memberi manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain”.
Menurut The Liang Gie (2002), “Karangan adalah hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh masyarakat”. Lebih spesifik karangan pada hakikatnya adalah akumulasi dari berbagai paragraf yang tersusun dengan sistematis, koheren, memiliki kesatuan, ada bagian utama pengantar, isi dan penutup (Djago Tarigan, 2009:40).
Menurut Nursito (2005), karangan terbagi dalam beberapa jenis yaitu;
1)   Narasi
Karangan narasi dapat bersumber dari fakta atau sekedar fiksi, berupa rangkaian peristiwa dan bersifat mencaeritakan. Hal ini sesuai dengan konsep karangan narasi menurut Nursito yaitu; ”Karangan yang berupa rangkaian peristiwa yang terjadi dalam satu kesatuan waktu. Karangan yang tergolong dalam jenis narasi adalah cerpen, novel, dan semua karya prosa imajinatif” (Nursito, 2005: 39). Hal ini seperndapat dengan pengertian wacana narasi menurut Suherli (2007:6);
Wacana narasi disebut juga wacana kisahan. Wacana jenis ini menyajikan suatu peristiwa atau kisah kronologis dengan penataan jalan cerita  (alur) secara menarik. Peristiwa atau kisah yang disajikan dengan wacana narasidapat meningkatkan pemahaman pembaca terhadap peristiwa yang disajikan dalam tulisan.
Pengertian lain tentang karangan narasi adalah :
Suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Atau dapat dirumuskan dengan cara lain, narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi (Gorys Keraf 2007: 135).
Deskripsi tentang karangan narasi menurut Aipin Narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur narasi dapat berisi fakta atau fiksi”.  Karangan jenis narasi merupakan “Karangan atau ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa. Sasarannya adalah memberikan gambaran sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai fase, langkah, urutan, atau rangkaian terjadinya suatu peristiwa” (Subarti Akhadiah 1998:1.14).
Paragraf narasi dalam penyampaiannya memiliki tujuan yaitu:
Menyajikan peristiwa atau mengisahkan apa yang telah terjadi dan bagaimana suatu peristiwa terjadi. Kejadiannya boleh berupa sesuatu yang dikhayalkan oleh peneliti dan dihidupkan dalam alam fantasi yang sama sekali jauh dari realita kehidupan (Nursito; 2005: 39).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan secara sederhana, karangan narasi merupakan karangan berbentuk cerita. Pada karangan narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam suatu urutan waktu. Pada saat kejadian tersebut terdapat pula tokoh yang menghadapi suatu konflik.
2)   Deskripsi
Paragraf deskripsi secara umum adalah sebuah paragraf yang menyajikan atau memberikan perincian atau detail tentang objek sehingga dapat memberi pengaruh pada sentivitas dan imajinasi pembaca. Pembaca atau pendengar seakan-akan mereka ikut melihat, mendengar, merasakan, atau mengalami langsung apa yang terjadi pada objek tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Suherli (2007:10), mengenai paragraf deskripsi yaitu:
Wacana deskripsi disebut juga wacana lukisan. Wacana jenis ini menyajikan suatu peristiwa atau objek hasil penginderaan dengan cara melukiskan, menggambarkan, atau memerikan sehingga pembaca seperti menyaksikan, mengindra, atau mengalami sendiri secara langsung. Peneliti yang ingin menyampaikan materi secara detail melalui penggambaran atau pemerian dapat memilih jenis wacana ini. 
Peneliti akan memberikan gambaran apa adanya tentang apa yang diceritakan serta dilukiskan dengan sehidup-hidupnya dalam sebuah karangan deskripsi. Sebuah karangan deskripsi tidak mencantumkan sebuah pertimbangan ataupun sebuah pendapat. Hal ini sesuai dengan pengertian:
Deskripsi (perian) adalah karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, merasakan, dan mencium) apa yang dilukiskan sesuai dengan citra penelitinya (Nursito, 2005:40).
Senada dengan pendapat di atas, menurut Aipin “Karangan deskriptif berisi gambaran mengenai suatu hal keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut
Berdasarkan beberapa pendapat di atas secara sederhana mengungkapkan bahwa karangan diskripsi merupakan sebuah karangan yang menggambarkan apa adanya dilukiskan semaksimal mungkin untuk dapat dirasakan oleh pembaca serta tidak adanya sebuah pendapat atau pertimbangan. Tanpa adanya sebuah pertimbangan memberikan usaha semaksimal mungkin membawa dunia pembaca pada diri seorang pengarang yang merasakan secara langsung.


3)   Eksposisi
Karangan eksposisi memiliki beberapa informasi yang disajikan dalam tulisan dengan menjelaskan pertanyaan apa, siapa,kapan, di mana, dan bagaimana. Pengertian karangan Eksposisi (paparan) adalah:
Karangan yang menerangkan atau menjelaskan pokok pikiran yang dapat memperluas wawasan atau pengetahuan pembaca. Melalui eksposisi, peneliti berusaha menjelaskan suatu idea tau gagasan, menganalisa sesuatu, membatasi penertian sebuah istilah, memberikan perintah, dan sebagainya (Nursito, 2005: 41).
Jenis karangan ini disajikan fakta-fakta sebagai informasi yang harus diketahui oleh pembaca. Menurut Suherli (2007), eksposisi ”disebut juga wacana bahasan. Wacana ini menyajikan sesuatu peristiwa atau objek dengan cara menjelaskan, menerangkan, memberitahukan agar orang lain mengetahuinya”. Menurut Aipin Karangan eksposisi berisi:
Uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Eksposisi merupakan sebuah karangan yang berisikan sebuah penjelasan atau informasi beserta contoh, fakta, atau gambar-gambar yang pada bagian akhir karangan terdapat kalimat penegasan.
Penulisan karangan ini dimaksudkan untuk memberitahukan sesuatu, tidak mempengaruhi atau menggerakkan pembaca. Apakah informasi yang disampaikan penulis akan dipercaya dan diterima atau tidak, terserah pembaca. Sebuah karangan eksposisi dapat disimpulkan secara umum disajikan dengan tujuan menjelaskan, menerangkan, memberitahukan sesuatu atau peristiwa agar orang lain mengetahui apa yang sedang terjadi. Selain itu berisi penjelasan atau informasi dengan menggunakan fakta, contoh ataupun angka-angka.
4)   Argumentasi
Karangan argumentasi bermaksud menyampaikan pendapat atau idenya dengan menyertakan alasan yang kuat sehingga pembaca memahami gagasan yang disajikan. Sejalan dengan pengertian secara umum tersebut paragraf argumentasi menurut Subarti Akhadiah (1998:8.35), dimaksudkan untuk “Mempengaruhi pikiran, pendapat, atau sikap pembaca sehingga dia mempercayai dan mengikuti apa yang disampaikan peneliti”.
Pendapat lain tentang paragraf argumentasi adalah:
Karangan yang berusaha memberikan alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan yang didalam sebuah argumen dikuatkan dengan bukti dan alasan yang dapat meyakinkan orang lain bahwa pendapat kita memang benar (Nursito,2001:43).
Menurut Suherli (2007), Wacana Argumentasi disebut juga wacana alasan. Wacana jenis ini menyajikan suatu pendapat, gagasan, atau ide tentang sesuatu yang disertai dengan alasan-alasan untuk memperkuatnya”. Sependapat dengan pendapat Suherli karangan Argumentasi menurut Gorys Keraf (2007), “Sebuah tulisan yang ingin mengubah sikap, bertolak dari dasar-dasar tertentu, menuju sasaran yang hendak dicapai disertai dengan logika sebagai alat bantu utama”.


Pendapat di atas diperkuat dengan penegasan tentang paragraf argumentasi yang menurut Nursito (2007) memiliki sebuah tujuan; 
Mengubah atau mempengaruhi pikiran serta sikap orang lainsehingga mereka menyetujui pendapat dan keyakinan kita. Hal itu dapat tercapai apabila peneliti mampu membuktikan dan memberikan alasan bahwa apa yang tertulis itu benar adanya.
Secara sederhana paragraf argumentasi adalah sebuah paragraf yang berusaha meyakinkan orang lain dengan argumen-argumen serta dikuatkan oleh bukti-bukti. Tujuan paragraf tersebut adalah untuk mempengaruhi pikiran seseorang terhadap suatu permasalahan dan berusaha untuk meyakinkannya.
5)   Persuasi
Karangan persuasi disajikan berupa ajakan kepada pembaca untuk melakukan sesuatu sesuai dengan harapan peneliti. Ajakan didasarkan pada alasan yang jelas atau pada hasil kajian. 
Persuasi atau himbauan adalah jenis karangan yang di samping mengandung alsan-alasan dan bukti atau fakta, juga mengandung ajakan atau himbauan agar pembaca mau menerima dan mengikuti pendapat dan kemauan peneliti (Nursito, 2005:45).
 Menurut Subarti Akhadiah (1988;8.31), “Bentuk karangan yang akrab dengan kehidupan sehari-hari. Paragraf persuasi, hasil proses berfikir diarahkan untuk mendapatkan kesepakatan dari pembaca mengenai isu atau persoaaln yang dikemukakan”. Paragraf persuasi dibuat pada dasarnya bertujuan untuk:
Mempengaruhi dan mengubah sikap atau menghimbau pembaca agar dengan sukarela melakukan sesuatu sesuai dengan kehendak peneliti yang kemudian disertai kesadaran dan dilandasi oleh pengertian. Untuk mempengaruhi sikap seseorang (pembaca), diperlukan alasan dan bukti nyata sehingga pembaca mempercayai peneliti (Nursito, 2005:45).
Berdasarkan beberapa pendapat tentang karangan persuasi di atas secara umum mengemukakan bahwasannya paragraf persuasi merupakan sebuah paragraf yang tidak berbeda jauh dengan paragraf argumentasi. Paragraf argumentasi berisi sebuah pendapat atau argumen yang berupa alasan dan bukti, selain itu terdapat unsur imbauan atau ajakan, serta tidak memiliki konflik atau pertantangan dalam paragraf tersebut.


Daftar Pustaka
Djago Tarigan, 2009, Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya, Bandung: Angkasa Bandung
Gorys Keraf, 2007, Argumentasi dan Narasi, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama
Nursito, 2005, Penuntun Mengarang, yogyakarta: Adi Cita
Sugeng agus Priyono, 2006, Perpustakaan Atraktif, Jakarta, Gramedia Widisarana Indonesia.
Suherli, 2007, Menulis Karangan Ilmiah Kajian dan Penuntun dalam Menyusun Karya Tulis Ilmiah, Jakarta: Arya Duta.


Bismillah.....Semoga Bermanfaat !

No comments:

Post a Comment