Monday 18 April 2016

Metode membaca permulaan



Metode membaca permulaan
Bagi siswa kelas rendah (I dan II), penting sekali uru menggunakan metode membaca. Depdiknas, (2004:4) menawarkan berbagai metode yang diperuntukan bagi peserta didik, antara lain :
a.    Metode eja adalah belajar  membaca yang dimulai dari mengeja huru demi huruf. Pendekatan yang dipakai dalam metode eja adalah pendekatan harpiah. Peserta didik mulai diperkenalkan dengan lambang-lambang huruf. Pembelajaran metode Eja terdiri dari pengenalan huruf atau abjad A sampai dengan Z dan pengenalan bunyi huruf atau fonem.
b.    Metode kata lembaga didasarkan atas pendekatan kata, yaitu cara memulai mengajarkan membaca dan menulis permulaan dengan menampilkan kata-kata.
c.    Metode global adalah belajar membaca kalimat secara utuh. Adapun pendekatan dalam metode ini adalah pendekatan kalimat. Selanjutnya, metode SAS didasarkan atas pendekatan cerita.
d.   Metode pembelajaran diatas dapat diterapkan pada peserta didik kelas rendah(I dan II) di sekolah dasar. Guru dianjurkan memilih salah satu metode yang cocok dan sesuai untuk diterapkan pada peserta didik.

Menurut hemat penulis, guru sebaiknya mempertimbangkan pemilihan metode pembelajaran yang akan digunakan sebagai berikut:
            a. Dapat menyenangkan
      b. Tidak menyulitkan peserta didik untuk menyerapnya
             c. Bila dilaksanakan, lebih efektif dan efisien
             d. Tidak memerlukan fasilitas dan sarana yang rumit
Salah satu metode pembelajaran membaca permulaan yang akan diangkat dalam tulisan ini adalah metode membaca global. Metode membaca global adalah metode yang melihat segala sesuatu sebagai keseluruhan. Penemu metode ini adalah seorang ahli ilmu jiwa dan ahli pendidikan bangsa Belgia yang bernama Decroly.
Kemudian Depdiknas, (2006:6) mendefinisikan bahwa metode global adalah cara belajar membaca kalimat secara utuh. Metode global ini didasarkan pada pendekatan kalimat. Caranya ialah guru mengajarkan membaca dan menulis dengan menampilkan kalimat dibawah gambar. Metode global dapat juga diterapkan dengan kalimat tanpa bantuan gambar. Selanjutnya, peserta didik menguraikan kalimat menjadi kata, menguraikan kata menjadi suku kata, dan menguraikan suku kata menjadi huruf.

Rujukan
Depdiknas, (2003), Undang-Undang Republik Indonesia N0. 20 Tentang sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Biro Hukum dan Organisai Sekjen Depdiknas.

No comments:

Post a Comment