KAJIAN
TEORI
A. Analisis Teoretis
1. Pengertian
Pendidikan
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia
merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa
pendidikan sama sekali mustahil manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan
aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan
hidup mereka.
Pendidikan sebagai salah satu sektor
yang paling penting dalam Pembangunan Nasional, dijadikan andalan utama untuk
berfungsi semaksimal mungkin dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia
Indonesia, di mana iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa menjadi sumber
motivasi kehidupan segala bidang.
Ki
Hadjar Dewantara dalam Kongres Taman Siswa yang pertama pada tahun 1930
menyebutkan:
Pendidikan
umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan
batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak; dalam Taman Siswa tidak
boleh dipisah-pisahkan bagian-bagian itu agar kita dapat memajukan kesempurnaan
hidup, kehidupan, dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan
dunianya (Fuad Ihsan, 2005:5).
Pendidikan tidak hanya dipandang
sebagai usaha pemberian informasi dan pembentukan keterampilan saja, namun
diperluas sehingga mencakup usaha untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan, dan
kemampuan individu sehingga tercapai pola hidup pribadi dan sosial yang
memuaskan, pendidikan bukan semata-mata sebagai sarana persiapan kehidupan yang
akan datang, tetapi untuk kehidupan anak sekarang yang sedang mengalami
perkembangan menuju ketingkat kedewasaannya.
2. Pengertian
Belajar
Sejalan dengan pertumbuhan dan
perkembangan kehidupan, maka manusia selalu berupaya memenuhi tuntutan
kebutuhan hidupnya. Upaya memenuhi kebutuhan tersebut dapat tercapai apabila
manusia itu mempunyai kemauan dan kemampuan. Hampir semua kecakapan, kebiasaan,
pengetahuan, sifat dan watak manusia terbentuk serta berkembang karena belajar.
Oleh karena itu belajar menjadi suatu masalah dan kebutuhan bagi setiap manusia.
Maka tidaklah mengherankan apabila banyak pihak yang berusaha untuk mempelajari
dan menerangkan hal yang disebut dengan belajar.
Udin S. Winataputra (2007:15) menegaskan
belajar adalah
proses
yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitudes).
Dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah,
kegiatan belajar merupakan suatu kegiatan yang paling pokok. Ini berarti
mengandung makna bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak
tergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta didik.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
3. Tujuan
Belajar
Tujuan belajar pada dasarnya merupakan
suatu kegiatan untuk menguasai suatu ilmu atau keterampilan tertentu yang
sedang dipelajari. Dan pada dasarnya untuk mencapai tujuan belajar harus
melewati proses dan aktivitas belajar itu sendiri, sehingga terbentuknya
penanaman konsep dan kecakapan dalam membentuk sikap dan perilaku.
Menurut
pendapat Nasution, S (2003:3) mengatakan bahwa: Tujuan belajar yang utama
adalah bahwa apa yang dipelajari itu berguna di kemudian hari, yakni membantu
kita untuk dapat belajar terus dengan cara yang lebih mudah.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat
dikatakan bahwa tujuan belajar adalah menguasai ilmu dan keterampilan untuk
dijadikan sebagai penanaman konsep dan kecakapan terhadap apa yang kita
pelajari guna membantu kita di kemudian hari dalam menentukan sikap dan
perilaku dalam kehidupan.
4. Pengertian
Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan guru sebagai pendidik dan sebagai sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan
seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Pembelajaran dapat
melibatkan dua pihak yaitu peserta didik sebagai pembelajar dan guru sebagai
fasilitator. Yang terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah terjadinya
proses belajar (Rudi Susilana: 2007).
Sebab sesuatu dikatakan hasil belajar
kalau diperoleh dengan adanya proses, dalam hal ini pengetahuan tidak diperoleh
secara spontanitas dan instant, namun secara bertahap, misalnya seorang peserta
didik dapat menulis tentu tidak diperoleh dalam waktu sesaat namun berproses cukup
lama. Kemampuan menulis diawali dengan kemampuan mengenal huruf, menulis huruf,
kata, kalimat, paragraf.
Proses pembelajaran diawali oleh
faktor dari luar berupa stimulus. Stimulus ini kemudian memberikan rangsangan
pada panca indera, dan lahirlah apa yang disebut dengan respon. Kuat lemahnya
atau besar kecilnya faktor dari luar akan mempengaruhi hasil proses
pembelajaran. Dalam konteks ini, proses pembelajaran akan terjadi karena
berbagai faktor, seperti faktor guru, fasilitas belajar, media, dan alat
belajar. Faktor-faktor tersebut akan bersinergi dengan faktor dari dalam diri
peserta didik, seperti minat, bakat dan motivasi diri untuk belajar, (Suparlan:
2004).
Pembelajaran harus dibuat dalam suatu
kondisi yang menyenangkan sehingga peserta didik akan terus termotivasi dari
awal sampai akhir kegiatan. Dengan situasi dan kondisi pembelajaran yang
menyenangkan peserta didik akan tertarik baik kepada pelajaran yang sedang
dipelajari maupun kepada sosok guru secara pribadi, E. Mulyasa (Departemen Pendidikan
Nasional Direktorat Jenderal peningkatan mutu pendidikan dengan tenaga
kependidikan, 2005:3)
Hal ini senada dengan pendapat Gagne
dan Briggs oleh Krisna
pembelajaran
adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik,
yang serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk
mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar peserta didik.
Proses pembelajaran yang dialami
sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.
Pembelajaran juga mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran. Pengajaran
mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan. Dengan demikian pengajaran dapat
diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh peserta) dan mengajar (oleh
guru). Sedangkan pembelajaran juga mengisyaratkan adanya interaksi antara guru
dengan peserta didik.
Dapat dikatakan bahwa, pembelajaran
adalah usaha sadar dari guru untuk membuat peserta didik belajar, yaitu
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri peserta didik yang belajar, dimana
dengan perubahan itu didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang
relatif lama dan karena adanya usaha.
5. Pembelajaran
Bahasa Indonesia
Negara Indonesia terdiri dari berbagai
suku yang tinggal di beberapa pulau.
Negara Indonesia memiliki bahasa persatuan yaitu Bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sangat penting kedudukannya dalam
kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu, Bahasa Indonesia diajarkan sejak kelas I.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi yang dijadikan status sebagai bahasa
persatuan sangat penting diajarkan sejak anak-anak. Bahasa sendiri bukan
sebagai ilmu tetapi sebagai keterampilan sehingga penggunaan metode yang tepat
perlu dilakukan. Pada pembelajaran Bahasa Indonesia ditingkat sekolah dasar sangat
mengandalkan penggunaan metode-metode yang aplikatif dan menarik. Pembelajaran
yang menarik akan memikat anak-anak untuk terus dan betah mempelajari Bahasa
Indonesia sebagai bahasa ke-2 setelah bahasa ibu.
Bahasa Indonesia pada hakikatnya
adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi, baik lisan maupun
tulis.
Sedangkan tujuan pembelajaran
bahasaadalah keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi.
Kemampuan yang dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir,
menilai, dan mengekspresikan diri dengan berbahasa. Kesemuanya itu
dikelompokkan menjadi kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan.
Tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia secara umum meliputi:
a. Peserta didik menghargai dan membanggakan
Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa negara.
b. Peserta didik memahami Bahasa Indonesia dari
segi bentuk, makna dan fungsi serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif
untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan.
c. Peserta didik memiliki kemampuan menggunakan
Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan
emosional, dan kematangan sosial.
d. Peserta didik memiliki disiplin dalam berpikir
dan berbahasa (berbicara dan menulis).
e. Peserta didik mampu menikmati dan
memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan
kehidupan, serta meningkatkan kemampuan dan pengetahuan berbahasa.
f. Peserta didik menghargai dan membanggakan
sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia (M.
Asrori, 2007).
Mencapai tujuan di atas, pembelajaran
bahasa harus mengetahui prinsip-prinsip belajar bahasa yang kemudian diwujudkan
dalam kegiatan pembelajarannya. Prinsip-prinsip belajar bahasa dapat disaringkan
sebagai berikut, peserta didik akan belajar bahasa dengan baik bila:
a. Diperlakukan sebagai individu yang memiliki
kebutuhan dan minat
b. Diberikan kesempatan berpartisipasi dalam
penggunaan bahasa secara komunikatif dalam berbagai macam aktivitas.
c. Bila ia secara sengaja memfokuskan
pembelajarannya kepada bentuk, keterampilan, dan strategi untuk mendukung
proses pemerolehan bahasa.
d. Jika menyadari akan peran dan hakekat bahasa
dan budaya.
e. Jika diberi unpan balik yang tepat
menyangkut kemajuan mereka.
f. Jika
diberi kesempatan untuk mengatur pembelajaran mereka sendiri (M. Asrori, 2007).
Fungsi
pembelajaran bahasa Indonesia dapat digolongkan ke dalam 2 jenis, yaitu fungsi
instrumentatif dan fungsi intrinsik. Fungsi instrumentatif adalah fungsi
pembelajaran bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi. Fungsi intrinsik
adalah fungsi pembelajaran bahasa Indonesia sebagai proses pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia. Manfaat
pembelajaran bahasa Indonesia dapat bersifat praktis dan strategis. Adapun yang
menjadi manfaat pembelajaran bahasa Indonesia adalah meningkatkan kemampuan
komunikasi, sarana pengembang ilmu pengetahuan, sarana memperoleh ilmu
pengetahuan, sarana pengembang nilai norma kedewasaan, sarana ekspresi
imajinatif, sarana penghubung dan pemersatu masyarakat Indonesia, dan sarana
transfer kultural.
M.
Asrori mengatakan bahwa kemampuan berbahasa seseorang berhubungan dengan
kemampuan berpikir orang tersebut. Berpikir pada dasarnya merupakan rangkaian
proses kognisi yang bersifat pribadi atau pemrosesan informasi yang berlangsung
selama munculnya stimulus sampai dengan munculnya respon. Aktivitas berpikir
sesungguhnya di bantu dengan menggunakan simbol-simbol verbal dan hukum-hukum
tata bahasa guna menggabungkan kalimat-kalimat menjadi suatu paragraf.
Betapapun seseorang dalam berpikir tidak mengeluarkan kata-kata secara lisan
melainkan hanya dalam hati, tetapi sesungguhnya ketika proses berpikir itu
terjadi juga menggunakan bantuan bahasa. Hanya saja bahasa yang digunakannya
hanya dilafalkan di dalam hati. Contohnya adalah ketika seorang peserta didik
mengerjakan soal-soal ulangan atau ujian, tentu peserta didik tersebut akan
memunculkan berbagai informasi yang ada di dalam pikirannya sehubungan dengan
soal-soal ulangan atau ujian tadi dan kemudian mengekspresikannya dengan bahasa
tertentu untuk dituangkan ke dalam jawaban-jawaban.
Sebagaimana
telah dipaparkan sebelumnya bahwa dalam aktivitas berpikir juga melibatkan
bahasa berpikir yang terjadi dalam hati atau yang sering kali dikenal dengan
percakapan dalam hati (inner speech). Bahasa merupakan alat yang sangat berguna
dan sangat membantu individu untuk berpikir. Sementara itu bahasa juga
mengekspresikan hasil pemikiran tersebut. Jadi, berpikir dan berbahasa
merupakan dua aktivitas yang saling melengkapi dan terjadi dalam waktu yang
relatif bersamaan. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa kemampuan berpikir
seseorang menentukan sekaligus dapat dipahami dari kemampuan berbahasanya.
Sebaliknya kemampuan berbahasa seseorang merupakan pencerminan dari kemampuan
berpikir seseorang tersebut.
Meskipun
demikian dalam kasus tertentu ada sejumlah orang yang kemampuan berpikirnya
bagus, tetapi kemampuan berbahasanya kurang. Sebaliknya ada juga orang yang
pandai berbahasa, tetapi kemampuan berpikirnya sesungguhnya tidak sebagus
kemampuan bahasanya. Contohnya: peserta didik yang ketika diminta
mempresentasikan pikiran-pikirannya sangat menarik bahkan sangat memukau,
tetapi ketika diminta menuangkan pikiran-pikirannya kedalam bentuk tulisan
menjadi tidak menarik.
6. Pengertian
Kemampuan
Chaplin mengatakan kemampuan (ability) merupakan tenaga (daya
kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. Sedangkan menurut Robbins kemampuan
bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan
atau praktek.
Berdasarkan pengertian-pengertian di
atas dapat dikatakan bahwa kemampuan (ability)
adalah kecakapan atau potensi menguasai sesuatu keahlian yang merupakan bawaan
sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan untuk
mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya.
Lebih lanjut Robbins menyatakan bahwa
kemampuan terdiri dari dua faktor, yaitu:
a. Kemampuan
Intelektual (Intelectual Ability),
merupakan kemampuan melakukan aktivitas secara mental, mencakup kemampuan
berpikir yang termasuk di dalamnya yaitu mengingat dan memecahkan masalah yang
menuntut peserta didik untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide,
gagasan, metode yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.
b. Kemampuan
fisik (Physical Ability), merupakan
kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan stamina dan karakteristik fisik (http://acky78.multiply.com/journal/item/43/aspek_kognitif).
7. Kemampuan
Menulis
Kemampuan menulis
menurut Zuchadi (1999:62) merupakan salah satu kemampuan berbahasa tulis yang
bersifat produktif artinya kemampuan menulis ini merupakan kemampuan yang
menghasilkan dalam hal tulisan.
Kemampuan-kemampuan yang diperlukan
dapat diperoleh melalui proses yang panjang sebelum sampai pada tingkat mampu
menulis. Peserta didik harus melalui dari tingkat awal, tingkat permulaan mulai
mengenal lambang-lambang bunyi. Pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh pada
tingkat permulaan pada pembelajaran menulis permulaan akan menjadi dasar peningkatakan
dan kemampuan peserta didik selanjutnya.
Lenner (Abdurahman, 1999) menyebutkan
ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan peserta didik untuk menulis:
a. Motorik
Anak
yang perkembangan motoriknya belum matang akan mengalami kesulitan untuk
menulis, tulisannya tidak jelas dan tulisannya tidak mengikuti garis.
b. Perilaku
Anak
yang perhatiannya mudah teralih dapat menyebabkan pekerjaan menulisnya
terhambat.
c. Persepsi
Anak
yang persepsinya terganggu dapat menimbulkan kesulitan dalam menulis dan akan
kesulitan membedakan bentuk huruf yang hampir sama.
d. Memori
Anak
akan kesulitan dalam belajar menulis karena tidak mampu mengingat yang
disampaikan oleh gurunya.
e. Penggunaan
tangan dominan, menulis dengan tangan kanan.
8. Pembelajaran
Menulis
Tulisan dipergunakan oleh orang-orang
terpelajar untuk merekam, meyakinkan, melaporkan serta mempengaruhi orang lain,
dan maksud serta tujuan tersebut hanya bisa tercapai dengan baik oleh
orang-orang (atau para penulis) yang dapat menyusun pikirannya serta
mengutarakannya dengan jelas (dan mudah dipahami).
Agar
lebih jelas perhatikan gambar berikut:
PENULIS
Pikiran Penyandian Psikomotor
Menurunkan Menterjemahkan Mempergunakan
gagasan- gagasan-gagasan sejumlah sarana
gagasannya itu kedalam sandi mekanis untuk
lisan dan
selanjutnya merekam sandi
mengubahnya
menjadi tulis itu
sandi tulis
Diteruskan
& disebarkan melintasi
atau menembus waktu dan ruang.
PEMBACA
Pikiran Pengalihsandian Psikomotor
Memahami
Menterjemahkan Melihat tujuan
Gagasan- sandi tulis
gagasan
sang menjadi sandi
penulis lisan dan mendapatkan
atau menemui
gagasan-gagasan
sang penulis
Hubungan
antara penulis dan pembaca (Tarigan, 2008:20)
Setiap penulis atau pengarang
mempunyai pikiran atau gagasan yang ingin disampaikan atau diturunkan kepada
orang lain. Dalam hal ini dia harus menterjemahkan ide-idenya itu kedalam
sandi-sandi lisan yang selanjutnya diubah menjadi sandi-sandi tulis. Sang
pengarang memanfaatkan sejumlah sarana mekanis untuk merekam sandi tulis
tersebut. Setelah selesai perekaman itu maka dapatlah diteruskan atau
disebarkan kepada orang lain (dalam hal ini para pembaca) melintasi ruang dan
waktu.
Menulis ialah menurunkan atau melukiskan
lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh
seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik
tersebut (Tarigan, 1992:21).
Pada prinsipnya fungsi utama dari
tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat
penting bagi pendidikan karena memudahkan para peserta didik berpikir. Juga
dapat memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam
daya tanggap atau persepsi kita, memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi.
Tulisan dapat membantu kita menjelaskan pikiran-pikiran kita. Tidak jarang kita
menemui apa yang sebenarnya kita pikirkan dan rasakan mengenai orang-orang,
gagasan-gagasan, masalah-masalah, dan kejadian-kejadian hanya dalam proses
menulis.
9. Pengertian
Paragraf
Menurut
Uti Darmawati dan
Anton Suparyanto (2010:
46) paragraf merupakan bagian
dalam suatu karangan yang memiliki gagasan pokok. Gagasan pokok merupakan
kalimat yang menjadi pokok permasalahan dalam paragraph selanjutnya diikuti
gagasan penjelas. Kalimat dalam paragraf harus runtut dan saling berkaitan.
Sedangkan Suparno dan Mohamad Yunus (2007: 3.16) mendefinisikan paragraf atau
alinea sebagai satuan bagian karangan yang digunakan untuk mengungkapkan sebuah
gagasan dalam bentuk untaian kaliimat. Dapat diakatakan bahwa menyusun paragraf
pada hakikatnya adalah menyusun sejumlah kalimat dalam rangka menghubungkan
sejumlah gagasan.
Pendapat Yeti Mulyati dkk (2009: 5.22)
menyatakan bahwa paragraf terdiri dari kalimat utama/kalimat pokok dan kalimat
penjelas. Kalimat pokok/kalimat utama adalah kalimat yang mengandung pokok
permasalahan/gagasan utama. Sementara itu kalimat penjelas merupakan kalimat-kalimat
yang menjelaskan kalimat pokok. Dari beberapa definisi di atas, penulis
menyimpulkan bahwa paragraf merupakan gabungan kalimat yang terdiri dari
kalimat topik/kalimat utama dan kalimat-kalimat lain yang menjelaskan kalimat
topik/kalimat utama. Kalimat topik adalah kalimat utama yang mengandung gagasan
pokok. Sedangkan kalimat penjelas adalah kalimat yang menjelaskan kalimat topik
tersebut.
10. Jenis-Jenis
Paragraf
Menurut Suparno dan Mohamad Yunus
(2007: 3.22-3.22) paragraf terdiri dari empat jenis, seperti berikut ini:
a.
Paragraf Deduktif
Jenis paragraf ini memiliki kalimat
topik pada bagian awal paragraf dan kalimat-kalimat pengembang setelah kalimat
topik. Hal itu berarti bahwa gagasan dasar dikemukakan terlebih dahulu dan
gagasan-gagasan pengembang isi paragraf dikemukakan kemudian. Paragraf berikut adalah
contoh paragraf deduktif:
Semangat
serta kesungguhan hati guru dalam mengajar dirasakan makin pudar karena
kesejahteraan diabaikan. Imbalan yang mereka terima rendah. Gaji mereka sering
terlambat dan banyak potongan untuk keperluan yang kadang-kadang tidak jelas.
Mereka juga tidak memiliki status sosial-ekonomi yang bergengsi.
b.
Paragraf Induktif
Paragraf jenis ini memiliki kalimat
topik pada bagian akhir paragraf. Hal itu berarti bahwa informasi dalam
paragraf diawali dengan gagasan-gagasan pengembang dan diakhiri dengan gagasan
dasar. Paragraf berikut adalah contoh paragraf induktif.
Siswa
yang rajin belajar dapat ditemukan dimana-mana, di dalam kota, di pinggir kota,
dan di desa. Siswa yang berprestasi tinggi cukup banyak dan dapat ditemukan di
mana-mana juga. Tidak sedikit di antara mereka yang memperhatikan dan peduli
dengan keadaan lingkungan. Tampaknya, masa depan generasi penerus masih dapat
diharapkan.
c.
Paragraf Kombinasi Deduktif dan Induktif
Pada jenis ini, paragraf memiliki dua
kalimat topik yang ditempatkan pada bagian awal dan bagian akhir. Dua kalimat
topik itu memiliki gagasan dasar yang sama, hanya redaksi pengungkapannya
berbeda. Kalimat-kalimat pengembang berada di antara dua kalimat topik itu.
Dibawah ini adalah contoh paragraf kombinasi:
Belajar
pada hakikatnya berlangsung sepanjang hayat. Sejak bayi anak sudah belajar.
Sebelum bersekolah, anak sudah belajar di dalam keluarga dan lingkungan
sekitarnya. Pada usia 6-12 tahun anak mulai bersekolah di sekolah dasar.
Setelah menyelesaikan sekolahnya, dia masih terus belajar, setidak-tidaknya belajar
memecahkan masalah yang dihadapi setiap saat. Prose situ berlangsung terus
sampai tua. Pendek kata, belajar itu tidak mengenal batas umur.
d.
Paragraf Deskriptif
Jenis paragraf ini tidak memiliki
kalimat topik dan kalimat pengembang. Semua kalimat yang terdapat dalam
paragraf merupakan kalimat topik. Sesuai namanya, paragraf deskritif lazim
digunakan untuk mendeskripsikan suatu latar cerita. Paragraf ini digunakan
dalam wacana narasi, seperti tampak pada contoh berikut:
Dari
jauh terdengar anjing menggonggong. Di sekitar tempatku bersembunyi tidak
terlihat suara-suara kehidupan. Malam itu sangat sunyi, dan sangat gelap. Desis
angin pun tidak terasa, tetapi dinginnya malam sempat menyentuh tulangku.
11. Pengertian
Media Pembelajaran
Sangat banyak pendapat dikemukakan
oleh para ahli pendidikan dan komunikasi yang memberikan penjelasan mengenai
media pembelajaran, termasuk kegunaannya. Sehingga dapat memberikan penjelasan
yang lugas tentang media pembelajaran.
Kata
media berasal dari bahasa latin “medium”
yang secara umum berarti; tengah, perantara atau pengantar. Hamidjojo
(Rodhatul jennah: 2009) memberikan batasan media sebagai semua bentuk perantara
yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebarkan ide, gagasan,
atau pendapat sehingga ide, gagasan, atau pendapat yang dikemukakan itu sampai
kepada penerima yang dituju.
Keberadaan media pada setiap kegiatan
belajar mengajar sangat penting. Karena media merupakan alat komunikasi yang
bertujuan membangkitkan rangsangan untuk belajar. Gagne dan Briggs (M. Yamin: 2007) mengatakan bahwa media
pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi
materi pengajaran.
Media dalam pembelajaran adalah alat
bantu yang tak bernyawa. Fungsinya akan terlihat jika guru pandai
memanfaatkannya dalam proses belajar mengajar. Media merupakan sesuatu yang
sangat bermanfaat bagi peserta didik dalam proses belajar mengajar karena dapat
mempermudah kegiatan belajar peserta didik. Dengan adanya media pula diharapkan
dapat tercipta suasana belajar yang menyenangkan dan tujuan belajar dapat
tercapai.
12. Kartu
Kalimat Sebagai Media Pembelajaran
Ciri media pembelajaran adalah bahwa
media mengandung dan membawa peran atau informasi kepada penerima yaitupeserta
didik. Dan yang terpenting adalah media itu disiapkan untuk memenuhi kebutuhan
belajar dan kemampuanpeserta didik, sertapeserta didik dapat aktif berpartisipasi dalam proses
belajar mengajar. Oleh karena itu perlu dirancang dan dikembangkan lingkungan
pembelajaran yang interaktif yang dapat menjawab dan memenuhi kebutuhan belajar
dengan menyiapkan kegiatan pembelajaran dengan medianya yang efektif guna menjamin
terjadinya pembelajaran.
Dalam
pemilihan media untuk kepentingan belajar, Nana Sudjana dan Ahmad Rivai
(Rodhatul Jennah: 2009) mengatakan bahwa harus memperhatikan beberapa kriteria
sebagai berikut:
a. Ketepatannya
dengan tujuan pembelajaran.
b. Kemudahan
memperoleh media.
c. Keterampilan
pengajar dalam menggunakannya.
d. Tersedianya
waktu untuk menggunakannya.
e. Sesuai
dengan taraf berfikir siswa.
Kartu
kalimat adalah kartu yang terbuat dari kertas dan ditulisi kalimat. Setiap
kartu terdapat satu kalimat, kartu kalimat digunakan untuk menyusun kalimat
menjadi sebuah paragraf. Kartu kalimat juga dapat digunakan sebagai pokok
pikiran utama bagi peserta didik untuk merangkai sebuah paragraf sesuai dengan
pemikiranpeserta didik.
Contoh:
MOBIL ITU BERWARNA BIRU
|
PAMAN CIKA MENANAM SAYUR
|
Kartu bahasa yang tepat digunakan dalam
pembelajaran menulis kalimat adalah dengan menggunakan kartu kalimat.
13. Penggunaan
kartu kalimat dalam pembelajaran menyusun paragraf
Langkah-langkah
pembelajaran menyusun paragraf dengan menggunakan media kartu kalimat sebagai
berikut: (1) Siswa diberi apersepsi menyangkut materi menyusun paragraf, (2)
guru membawa 4 buah kartu kalimat dan ditempel di papan tulis secara acak,
siswadiajak bersama-sama untuk menyusun paragraf secara utuh dengan mengurutkan
kartu kalimat tersebutmelalui urutan dari yang pertama sampai kartu terakhir,
(3) guru membimbing siswa mencari topik paragraf kemudian mengurutkan kartu
kalimat menjadi kesatuan paragraf dengan mengingat kaidah yang berlaku, (4)
siswa diberi kebebasan untuk menyampaikan pendapatnya dengan terpimpin dan
teratur, (5) siswa bersama guru menyepakati jawaban yang terbaik sesuai kaidah
penyusunan paragraf yang benar.
B.
Penelitian
yang Relevan
1. Noveria
Anggraeni fiaji
C.
Kerangka
Berpikir
Kartu kalimat adalah kartu yang terbuat
dari kertas dan ditulisi kalimat. Di setiap kartu terdapat satu kalimat kartu kalimat
digunakan untuk menyusun atau mengurutkan kalimat menjadi sebuah paragraf.
Dengan meningkatnya kreativitas dan
daya inovatif guru dalam melakukan pengajaran menulis kalimat dapat meningkatkan
kemampuan menulis paragraf peserta didik.
Media merupakan sesuatu yang sangat
bermanfaat bagi peserta didik dalam proses belajar mengajar karena dapat
mempermudah kegiatan belajar peserta didik. Dengan adanya media pula diharapkan
dapat tercipta suasana belajar yang menyenangkan dan tujuan belajar dapat
tercapai. Berdasarkan alasan tersebut, maka media kartu kalimat dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis pargraf.
D.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu perumusan
sementara mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu dan juga
dapat menuntun atau mengarahkan penyelidikan selanjutnya (Husein Umar: 2007).
Berdasarkan uraian di atas, maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah,
1. Aktivitas
peserta didik kelas IV SDN 5 Pahandut Palangka Raya Tahun Pelajaran 2013/2014
dalam menulis paragraf dapat meningkat.
2. Ada
peningkatan kemampuan menulis paragraf dengan menggunakan kartu kalimat pada
peserta didik kelas IV SDN 5 Pahandut Palangka Raya Tahun Pelajaran 2013/2014.
No comments:
Post a Comment