Wednesday 6 July 2016

Kemampuan Menulis




a.    Kemampuan Menulis
Menulis sebagai salah satu bentuk keterampilan berbahasa, pada hakikatnya merupakan pengungkapan gagasan atau perasaan secara tertulis dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Seperti yang diungkapkan Suparno, (2007:3) bahwa “Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat’’. Selain itu adapun Yeti Mulyati, dkk (2008:7.4) mengatakan bahwa:
menulis merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh si penulis sebagai penyampaian pesan untuk menyampaikan gagasan atau ide kepada si penerima pesan (pembaca) melalui media bahasa tulis dengan tujuan agar penerima pesan (pembaca) memahami gagasan atau ide yang disampaikan itu sesuai dengan maksud si penyampaianya (penulis).

sedangkan, Guntur Tarigan (2008:22) mengemukakan bahwa:
menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut.

Dalam kegiatan menulis, seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafilogi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis digunakan untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan, menginformasikan, dan mempengaruhi pembaca. Maksud dan tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh para pembelajar yang dapat menyusun dan merangkai jalan pikiran dan mengemukakannya secara tertulis dengan jelas, lancar, dan komunikatif. Kejelasan ini tergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian dan pemilihan kata, serta stuktur kalimat.  McCrimmon (dalam Mulyati, 2008:7.4)
Dalam kegiatan berbahasa menulis melibatkan empat unsur yaitu penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau media berupa tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.
Menulis sebagai aktivitas berbahasa tidak dapat dilepaskan dari kegiatan berbahasa lainnya. Apa yang diperoleh melalui menyimak, membaca, berbicara, akan memberinya masukan berharga untuk menulis. Begitu pun sebaliknya apa yang didapat dari menulis akan berpengaruh pula terhadap ketiga aspek kemampuan berbahasa lainnya.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis merupakan suatu keterampilan yang dimiliki sesorang untuk menuangkan pikiran, pendapat, ide, gagasan, informasi, dan lainnya dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara, runtut, utuh, lengkap, dan jelas sehingga   pesan yang terkandung dalam tulisan dapat terkomunikasikan kepada pembaca atau orang lain.
b.    Tujuan Menulis
Dalam menulis tulisan tentunya memiliki tujuan, seperti yang dirangkumkan Hugo Hartig (dalam Tarigan, 2008:25-26) sebagai berikut:
1)      Tujuan penugasan
2)      Tujuan altruistik
3)      Tujuan persuasif
4)      Tujuan informasional, tujuan penerangan
5)      Tujuan pernyataan diri
6)      Tujuan kreatif
7)      Tujuan pemecahan masalah

Adapun penjelasan dari pendapat Hugo Hartig (dalam Tarigan, 2008:25-26) diatas yaitu:
1)   Tujuan penugasan
Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulisan menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri.
2)   Tujuan altruistik
Penulisan bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih muda dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.
3)   Tujuan persuasif
Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran  gagasan yang diutarakan.
4)   Tujuan informasional, tujuan penerangan
Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan atau penerangan kepada para pembaca.
5)   Tujuan pernyataan diri
Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.

6)   Tujuan kreatif
Tujuan ini erat berhubungan dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi “ keinginan kreatif” di sini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman.
7)   Tujuan pemecahan masalah
Dalam tulisan seperti ini penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.
Selain penjelasan tujuan menulis diatas, adapun tujuan-tujuan lain yang ingin di capai dalam program-program bahasa tulis yang telah direncanakan seperti yang ditulis Tarigan (2008: 9) sebagai berikut:
1)      Membantu peserta didik memahami bagaimana caranya ekspresi tulis dapat melayani mereka, dengan jalan menciptakan situasi-situasi di dalam kelas yang jelas memerlukan karya tulis dan kegiatan penulis;
2)      Mendorong peserta didik mengekspresikan diri mereka secara bebas dalam tulisan;
3)      Mengajar peserta didik menggunakan bentuk yang tepat dan serasi dalam ekspresi tulis;
4)      Mengembangkan pertumbuhan berharap dalam menulis dengan cara membantu para peserta didik menulis sejumlah maksud dengan sejumlah cara dengan penuh keyakinan pada diri sendiri secara bebas.

 Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa menulis bertujuan untuk membantu seseorang mengungkapkan pikiran, gagasan, dan imajinasi melalui bahasa yang tertib, teratur dan sesuai dengan kaidah kebahasaan. Dengan bahasa yang tertib dan teratur serta sesuai dengan kaidah kebahasaan, maka tulisan itu akan menjadi menarik dan dapat dipahami oleh orang lain yang membacanya.
c.    Manfaat Menulis
Ada beberapa manfaat yang dapat dipetik dari menulis  seperti dalam Suparno dan Yunus ( 2007:1.4) di antaranya:
1)   Peningkatan kecerdasan
2)   Pengembangan daya inisiatif dan kreatif;
3)   Penumbuhan keberanian; dan
4)   Pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.

d.   Fungsi Menulis
Menulis sebenarnya memiliki banyak fungsi. Guntur Tarigan (2008: 22) mengungkapkan bahwa pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah:
a)   Sebagai alat komunikasi yang tidak langsung.
b)   Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir.
c)    Juga dapat memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita, memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi,menyusun urutan bagi pengalaman.

e.    Tahap-Tahap Menulis
Menurut Tompkins (dalam Ahmad Susanto, 2013: 256-258) menguraikan proses menulis menjadi lima tahap yang diidentifikasikan melalui serangkaian penelitian tentang proses menulis yang meliputi:
1)   Tahap pra-menulis (prewriting).
2)   Tahap penyusunan draf tulisan (drafting).
3)   Tahap perbaikan (revisi).
4)   Tahap penyuntingan (editing).
5)   Tahap pemublikasian (publishing).

Adapaun penjelasan mengenai tahap-tahap menulis menurut Tompkins (dalam Ahmad Susanto, 2013: 256-258) adalah sebagai berikut:
1)   Tahap pra-menulis (prewriting). Tahap pra-menulis merupakan tahap siap menulis, atau disebut juga dengan tahap penemuan menulis. Aktifitas dalam tahap ini meliputi: “(1) memilih topik, (2) memikirkan tujuan, bentuk, dan audiensi, dan (3) memanfaatkan dan mengorganisasi gagasan-gagasan”. Pada tahap pra-menulis peserta didik berusaha mengemukakan apa yang akan mereka tulis.
2)   Tahap penyusunan draf tulisan (drafting). Dalam proses menulis peserta didik menulis dan menyaring tulisan mereka melalui sejumlah konsep. Selama tahap penyusunan konsep peserta didik terfokus dalam pengumpulan gagasan. Perlu disampaikan kepada peserta didik bahwa pada tahap ini tidak perlu merasa takut melakukan kesalahan. Kesempatan dalam menuangkan ide-ide dilakukan dengan sedikit memperhatikan ejaan, tanda baca, dan kesalahan mekanikal yang lain. Aktivitas dalam tahap ini meliputi: “(1) menulis draf kasar, (2) menulis konsep utama, dan (3) menekankan pada pengembangan isi”.
3)   Tahap perbaikan (revisi). Dalam tahap perbaikan, penulis menyaring ide-ide dalam tulisan mereka. Peserta didik biasanya mengakhiri proses menulis begitu mereka mengakhiri dan melengkapi draf kasar, mereka percaya bahwa tulisan mereka telah lengkap. Revisi bukan penyempurnaan tulisan, revisi adalah mempertemukan kebutuhan pembaca dengan menambah, mengganti, menghilangkan, dan menyusun kembali bahasa tulisan. Aktivitas ini meliputi: “(1) membaca ulang draf kasar, (2) menyempurnakan draf kasar dalam proses menulis, dan (3) memerhatikan bagian yang mendapat balikan kelompok menulis”.
4)   Tahap penyuntingan (editing). Pada tahap kesempatan ini, peserta didik menyempurnakan tulisan mereka dengan mengoreksi ejaan dan kesalahan mekanikal yang lain. Tujuannya agar membuat tulisan menjadi “siap baca secara optimal” (optimally readable). Aktivitas dalam tahap ini meliputi: “(1) mengambil jarak dari tulisan, (2) mengoreksi awal dengan menandai kesalahan, dan (3) mengoreksi kesalahan”.
5)   Tahap pemublikasian (publishing). Pada tahap akhir ini peserta didik sudah siap mempublikasikan tulisan mereka dan menyempurnakannya dengan membaca pendapat dan komentar yang diberikan teman atau peserta didik lain, orang tua, dan komunitas mereka sebagai penulis. Hasil penulisannya melalui kegiatan berbagai hasil tulisan (sharing), yaitu dilakukan dengan melalui kegiatan penugasan peserta didik untuk membaca hasil karangan di depan kelas.

Ref.
Suparno, & Yunus, Mohamad. (2007). Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta : Universitas Terbuka.
Mulyati,Yeti, dkk. (2008). Bahasa Indonesia. Jakarta : 2008
Tarigan, H.G. (2008). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa Bandung.


No comments:

Post a Comment