Saturday 11 June 2016

Penilaian Pembelajaran Nana Sudjana




Di samping jenis-jenis penilaian perlu juga dijelaskan system penilaian. Sistempenilaian dalam pembahasan ini ialah cara yang digunakan dalam menentukan derajat keberhasilan hasil penilaian sehingga kedudukan siswa dapat diketahui, apakah telah menguasai tujuan instruksional atau belum. Namun sebelumnya akan dijelaskan terlebih dahulu cara memberikan nilai, sitem pembijian, atau system bemberian angka.
Dalam pebilaian hasil dan proses belajar dapat digunakan beberapa cara. Cara pertama menggunkana system huruf, yakni A, B, C, D, dan G (gagal). Biasanya ukuran yang digunakan adalah A paling tinggi, paling baik, atau sempurna; B baik; C sedang atau cukup; dan D kurang. Cara kedua ialah dengan system angka yang menggunakan beberapa standar. Dalam standar empat, angka 4 setara dengan A, angka 3 setara dengan B, angka 2 setara dengan C, dan angka 1 setara dengan D. Ada juga standar sepuluh, yakni menggunakan rentangan angka dari 1 – 10. Bahkan ada juga yang menggunakan remtangan 1 – 100. Cara mana yang dipakai tidak jadi masalah asalal konsisten dalam pemakaiannya.
Sistem penilaian hasil belajar pada umumnya dibedakan ke dalam dua cara atau dua sistem, yakni penialaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP).
Penilaian acuan norma (PAN) adalah peinilaian yang diacukan kepada rata-rata kelompoknya. Dengan demikian dapat diketahui posisi kemampuan siswa di dalam kelompoknya.untuk itu norma atau criteria yang digunakan dalam menentukan deraja prestasi seorang siswa, dibandingkan dengan nilai rata-rata kelasnya. Atas dasar itu diperoleh tiga kategori prestasi siswa, yakni di atas rata-rata kelas, sekitar rata-rata kelas dan di bawah rata-rata kelas. Dengan kata lain, prestasi yang dicapai seseorang posisinya sangat bergantung pada prestasi kelompoknya.keuntungan sistem ini adalah dapat diketahui prestasi kelompok atau kelas sehingga sekaligus dapat diketahui keberhasilan pengajaran bagi semua siswa. Kelemahannya adalah kurang meningkatnya kualitas hasil belajar. Jika nilai rata-rata kelompok atau kelasnya rendah, misalnya skor 40 dari seratus, maka siswa yang memperoleh nilai 45 (di atas rata-rata) sudah dikatakan baik, atau dinyatakan lulus, sebab berada di atas rata-rata kelas, padahal skor 45 dari maksimum skor 100 termasuk rendah. Kelemahanya yang lain adalah kurang praktis sebab harus dihitung dahulu nilai rata-rata kelas, apalagi jika jumlah siswa cukup banyak. Sistem ini kurang menggambarkan tercapainya tujuan instruksional sehingga tidak dapat dijadikan ukuran dalam menilai keberhasilan pembelajaran. Demikian juga criteria keberhasilan tidak tetap dan tidak pasti, bergantung pada rata-rata kelas. Dalam kontek yang lebih luas penggunaan sistem ini tidak dapat digunakan untuk menarik generalisasi prestasi siswa ke bab rata-rata kelompok untuk kelas yang satu berbeda dengan kelas yang lain, sekolah yang satu akan berbeda dengan sekolah yang lain. Dengan demikian angka 7 untuk siswa di kelas tertentu bias berbeda maknanya dengan angka 7 di kelas yang lain. Oleh sebab itu, sistem penilaian ini tepat digunakan dalam penilaian formatif, bukan untuk penilaian sumatif. Sistem penilaian acuan norma disebut standar relative.
Penilaian acuan patokan (PAP) adalah plenilaian yang diacukan kepada tujjuan instruksional yang harus dikuasai oleh siswa. Dengan demikian, derajat keberhasilan siswa dibandingkan dengan tujuan yang seharusnya dicapai, bukan dibandingkan dengan rata-rata kelompoknya. Biasanya keberhasilan siswa ditentukan kriterianya, yakni berkisar antara 75-80 persen. Artinya, siswa dikatakan berhasil apabila ia menguasai atau dapat mencapai 75-80 persen dari tujuan atau nilai yang seharusnya dicapai. Kurang dari criteria tersebut dinyatakan belum berhasil.  Misalnya diberikan soal atau pertanyaan sebanyak 50 pertanyaan. Setiap pertanyaan yang dijawab benar diberi angka atau skor 1 sehingga maksimal angka yang dicapai adalah 50.

No comments:

Post a Comment