Friday 25 March 2016

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU KALIMAT PADA PESERTA DIDIK KELAS IV SD

KAJIAN TEORI

A.    Analisis Teoretis
1.      Pengertian Pendidikan
          Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka.

          Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam Pembangunan Nasional, dijadikan andalan utama untuk berfungsi semaksimal mungkin dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, di mana iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa menjadi sumber motivasi kehidupan segala bidang.
Ki Hadjar Dewantara dalam Kongres Taman Siswa yang pertama pada tahun 1930 menyebutkan:
Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak; dalam Taman Siswa tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-bagian itu agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan, dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya (Fuad Ihsan, 2005:5).

          Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai usaha pemberian informasi dan pembentukan keterampilan saja, namun diperluas sehingga mencakup usaha untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan, dan kemampuan individu sehingga tercapai pola hidup pribadi dan sosial yang memuaskan, pendidikan bukan semata-mata sebagai sarana persiapan kehidupan yang akan datang, tetapi untuk kehidupan anak sekarang yang sedang mengalami perkembangan menuju ketingkat kedewasaannya.

2.      Pengertian Belajar
          Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan kehidupan, maka manusia selalu berupaya memenuhi tuntutan kebutuhan hidupnya. Upaya memenuhi kebutuhan tersebut dapat tercapai apabila manusia itu mempunyai kemauan dan kemampuan. Hampir semua kecakapan, kebiasaan, pengetahuan, sifat dan watak manusia terbentuk serta berkembang karena belajar. Oleh karena itu belajar menjadi suatu masalah dan kebutuhan bagi setiap manusia. Maka tidaklah mengherankan apabila banyak pihak yang berusaha untuk mempelajari dan menerangkan hal yang disebut dengan belajar.
    Udin S. Winataputra (2007:15) menegaskan belajar adalah
proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitudes).

           Dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan suatu kegiatan yang paling pokok. Ini berarti mengandung makna bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta didik. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

3.      Tujuan Belajar
          Tujuan belajar pada dasarnya merupakan suatu kegiatan untuk menguasai suatu ilmu atau keterampilan tertentu yang sedang dipelajari. Dan pada dasarnya untuk mencapai tujuan belajar harus melewati proses dan aktivitas belajar itu sendiri, sehingga terbentuknya penanaman konsep dan kecakapan dalam membentuk sikap dan perilaku.
Menurut pendapat Nasution, S (2003:3) mengatakan bahwa: Tujuan belajar yang utama adalah bahwa apa yang dipelajari itu berguna di kemudian hari, yakni membantu kita untuk dapat belajar terus dengan cara yang lebih mudah.

          Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa tujuan belajar adalah menguasai ilmu dan keterampilan untuk dijadikan sebagai penanaman konsep dan kecakapan terhadap apa yang kita pelajari guna membantu kita di kemudian hari dalam menentukan sikap dan perilaku dalam kehidupan.



4.      Pengertian Pembelajaran
        Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru sebagai pendidik dan sebagai sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu peserta didik sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Yang terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah terjadinya proses belajar (Rudi Susilana: 2007).

          Sebab sesuatu dikatakan hasil belajar kalau diperoleh dengan adanya proses, dalam hal ini pengetahuan tidak diperoleh secara spontanitas dan instant, namun secara bertahap, misalnya seorang peserta didik dapat menulis tentu tidak diperoleh dalam waktu sesaat namun berproses cukup lama. Kemampuan menulis diawali dengan kemampuan mengenal huruf, menulis huruf, kata, kalimat, paragraf.
          Proses pembelajaran diawali oleh faktor dari luar berupa stimulus. Stimulus ini kemudian memberikan rangsangan pada panca indera, dan lahirlah apa yang disebut dengan respon. Kuat lemahnya atau besar kecilnya faktor dari luar akan mempengaruhi hasil proses pembelajaran. Dalam konteks ini, proses pembelajaran akan terjadi karena berbagai faktor, seperti faktor guru, fasilitas belajar, media, dan alat belajar. Faktor-faktor tersebut akan bersinergi dengan faktor dari dalam diri peserta didik, seperti minat, bakat dan motivasi diri untuk belajar, (Suparlan: 2004).

          Pembelajaran harus dibuat dalam suatu kondisi yang menyenangkan sehingga peserta didik akan terus termotivasi dari awal sampai akhir kegiatan. Dengan situasi dan kondisi pembelajaran yang menyenangkan peserta didik akan tertarik baik kepada pelajaran yang sedang dipelajari maupun kepada sosok guru secara pribadi, E. Mulyasa (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal peningkatan mutu pendidikan dengan tenaga kependidikan, 2005:3)
          Hal ini senada dengan pendapat Gagne dan Briggs oleh Krisna
pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, yang serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar peserta didik.

          Proses pembelajaran yang dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran juga mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran. Pengajaran mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan. Dengan demikian pengajaran dapat diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh peserta) dan mengajar (oleh guru). Sedangkan pembelajaran juga mengisyaratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.
          Dapat dikatakan bahwa, pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat peserta didik belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri peserta didik yang belajar, dimana dengan perubahan itu didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha.
5.      Pembelajaran Bahasa Indonesia
          Negara Indonesia terdiri dari berbagai suku yang tinggal di beberapa pulau.  Negara Indonesia memiliki bahasa persatuan yaitu Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sangat penting kedudukannya dalam kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu, Bahasa Indonesia diajarkan sejak kelas I. Bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi yang dijadikan status sebagai bahasa persatuan sangat penting diajarkan sejak anak-anak. Bahasa sendiri bukan sebagai ilmu tetapi sebagai keterampilan sehingga penggunaan metode yang tepat perlu dilakukan. Pada pembelajaran Bahasa Indonesia ditingkat sekolah dasar sangat mengandalkan penggunaan metode-metode yang aplikatif dan menarik. Pembelajaran yang menarik akan memikat anak-anak untuk terus dan betah mempelajari Bahasa Indonesia sebagai bahasa ke-2 setelah bahasa ibu.
          Bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis.
          Sedangkan tujuan pembelajaran bahasaadalah keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi. Kemampuan yang dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai, dan mengekspresikan diri dengan berbahasa. Kesemuanya itu dikelompokkan menjadi kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan.
          Tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia secara umum meliputi:
a.    Peserta didik menghargai dan membanggakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa negara.
b.   Peserta didik memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna dan fungsi serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan.
c.    Peserta didik memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial.
d.         Peserta didik memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis).
e.    Peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan kemampuan dan pengetahuan berbahasa.
f.    Peserta didik menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia (M. Asrori, 2007).


          Mencapai tujuan di atas, pembelajaran bahasa harus mengetahui prinsip-prinsip belajar bahasa yang kemudian diwujudkan dalam kegiatan pembelajarannya. Prinsip-prinsip belajar bahasa dapat disaringkan sebagai berikut, peserta didik akan belajar bahasa dengan baik bila:
a.    Diperlakukan sebagai individu yang memiliki kebutuhan dan minat
b.   Diberikan kesempatan berpartisipasi dalam penggunaan bahasa secara komunikatif dalam berbagai macam aktivitas.
c.    Bila ia secara sengaja memfokuskan pembelajarannya kepada bentuk, keterampilan, dan strategi untuk mendukung proses pemerolehan bahasa.
d.         Jika menyadari akan peran dan hakekat bahasa dan budaya.
e.    Jika diberi unpan balik yang tepat menyangkut kemajuan mereka.
f. Jika diberi kesempatan untuk mengatur pembelajaran mereka sendiri (M. Asrori, 2007).       

         Fungsi pembelajaran bahasa Indonesia dapat digolongkan ke dalam 2 jenis, yaitu fungsi instrumentatif dan fungsi intrinsik. Fungsi instrumentatif adalah fungsi pembelajaran bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi. Fungsi intrinsik adalah fungsi pembelajaran bahasa Indonesia sebagai proses pembinaan dan pengembangan bahasa    Indonesia. Manfaat pembelajaran bahasa Indonesia dapat bersifat praktis dan strategis. Adapun yang menjadi manfaat pembelajaran bahasa Indonesia adalah meningkatkan kemampuan komunikasi, sarana pengembang ilmu pengetahuan, sarana memperoleh ilmu pengetahuan, sarana pengembang nilai norma kedewasaan, sarana ekspresi imajinatif, sarana penghubung dan pemersatu masyarakat Indonesia, dan sarana transfer kultural.
         M. Asrori mengatakan bahwa kemampuan berbahasa seseorang berhubungan dengan kemampuan berpikir orang tersebut. Berpikir pada dasarnya merupakan rangkaian proses kognisi yang bersifat pribadi atau pemrosesan informasi yang berlangsung selama munculnya stimulus sampai dengan munculnya respon. Aktivitas berpikir sesungguhnya di bantu dengan menggunakan simbol-simbol verbal dan hukum-hukum tata bahasa guna menggabungkan kalimat-kalimat menjadi suatu paragraf. Betapapun seseorang dalam berpikir tidak mengeluarkan kata-kata secara lisan melainkan hanya dalam hati, tetapi sesungguhnya ketika proses berpikir itu terjadi juga menggunakan bantuan bahasa. Hanya saja bahasa yang digunakannya hanya dilafalkan di dalam hati. Contohnya adalah ketika seorang peserta didik mengerjakan soal-soal ulangan atau ujian, tentu peserta didik tersebut akan memunculkan berbagai informasi yang ada di dalam pikirannya sehubungan dengan soal-soal ulangan atau ujian tadi dan kemudian mengekspresikannya dengan bahasa tertentu untuk dituangkan ke dalam jawaban-jawaban.

         Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa dalam aktivitas berpikir juga melibatkan bahasa berpikir yang terjadi dalam hati atau yang sering kali dikenal dengan percakapan dalam hati (inner speech). Bahasa merupakan alat yang sangat berguna dan sangat membantu individu untuk berpikir. Sementara itu bahasa juga mengekspresikan hasil pemikiran tersebut. Jadi, berpikir dan berbahasa merupakan dua aktivitas yang saling melengkapi dan terjadi dalam waktu yang relatif bersamaan. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa kemampuan berpikir seseorang menentukan sekaligus dapat dipahami dari kemampuan berbahasanya. Sebaliknya kemampuan berbahasa seseorang merupakan pencerminan dari kemampuan berpikir seseorang tersebut.
         Meskipun demikian dalam kasus tertentu ada sejumlah orang yang kemampuan berpikirnya bagus, tetapi kemampuan berbahasanya kurang. Sebaliknya ada juga orang yang pandai berbahasa, tetapi kemampuan berpikirnya sesungguhnya tidak sebagus kemampuan bahasanya. Contohnya: peserta didik yang ketika diminta mempresentasikan pikiran-pikirannya sangat menarik bahkan sangat memukau, tetapi ketika diminta menuangkan pikiran-pikirannya kedalam bentuk tulisan menjadi tidak menarik.
6.      Pengertian Kemampuan
          Chaplin mengatakan kemampuan (ability) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. Sedangkan menurut Robbins kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek.
          Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat dikatakan bahwa kemampuan (ability) adalah kecakapan atau potensi menguasai sesuatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya.
          Lebih lanjut Robbins menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari dua faktor, yaitu:
a.       Kemampuan Intelektual (Intelectual Ability), merupakan kemampuan melakukan aktivitas secara mental, mencakup kemampuan berpikir yang termasuk di dalamnya yaitu mengingat dan memecahkan masalah yang menuntut peserta didik untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.
b.      Kemampuan fisik (Physical Ability), merupakan kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan stamina dan karakteristik fisik (http://acky78.multiply.com/journal/item/43/aspek_kognitif).

7.      Kemampuan Menulis
Kemampuan menulis menurut Zuchadi (1999:62) merupakan salah satu kemampuan berbahasa tulis yang bersifat produktif artinya kemampuan menulis ini merupakan kemampuan yang menghasilkan dalam hal tulisan.

          Kemampuan-kemampuan yang diperlukan dapat diperoleh melalui proses yang panjang sebelum sampai pada tingkat mampu menulis. Peserta didik harus melalui dari tingkat awal, tingkat permulaan mulai mengenal lambang-lambang bunyi. Pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh pada tingkat permulaan pada pembelajaran menulis permulaan akan menjadi dasar peningkatakan dan kemampuan peserta didik selanjutnya.
          Lenner (Abdurahman, 1999) menyebutkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan peserta didik untuk menulis:
a.       Motorik
Anak yang perkembangan motoriknya belum matang akan mengalami kesulitan untuk menulis, tulisannya tidak jelas dan tulisannya tidak mengikuti garis.
b.      Perilaku
Anak yang perhatiannya mudah teralih dapat menyebabkan pekerjaan menulisnya terhambat.
c.       Persepsi
Anak yang persepsinya terganggu dapat menimbulkan kesulitan dalam menulis dan akan kesulitan membedakan bentuk huruf yang hampir sama.
d.      Memori
Anak akan kesulitan dalam belajar menulis karena tidak mampu mengingat yang disampaikan oleh gurunya.
e.       Penggunaan tangan dominan, menulis dengan tangan kanan.

8.      Pembelajaran Menulis
          Tulisan dipergunakan oleh orang-orang terpelajar untuk merekam, meyakinkan, melaporkan serta mempengaruhi orang lain, dan maksud serta tujuan tersebut hanya bisa tercapai dengan baik oleh orang-orang (atau para penulis) yang dapat menyusun pikirannya serta mengutarakannya dengan jelas (dan mudah dipahami).
Agar lebih jelas perhatikan gambar berikut:


PENULIS
Pikiran                              Penyandian                             Psikomotor
Menurunkan          Menterjemahkan                     Mempergunakan
gagasan-                gagasan-gagasan                     sejumlah sarana
gagasannya            itu kedalam sandi                    mekanis untuk
                              lisan dan selanjutnya               merekam sandi
                              mengubahnya menjadi            tulis itu
                              sandi tulis
                                         
                                          Diteruskan & disebarkan melintasi
                                                   atau menembus waktu dan ruang.

PEMBACA
Pikiran                              Pengalihsandian                     Psikomotor
Memahami            Menterjemahkan                     Melihat tujuan
Gagasan-               sandi tulis
gagasan sang         menjadi sandi
penulis                   lisan dan mendapatkan
                              atau menemui
                              gagasan-gagasan
                              sang penulis

Hubungan antara penulis dan pembaca (Tarigan, 2008:20)

          Setiap penulis atau pengarang mempunyai pikiran atau gagasan yang ingin disampaikan atau diturunkan kepada orang lain. Dalam hal ini dia harus menterjemahkan ide-idenya itu kedalam sandi-sandi lisan yang selanjutnya diubah menjadi sandi-sandi tulis. Sang pengarang memanfaatkan sejumlah sarana mekanis untuk merekam sandi tulis tersebut. Setelah selesai perekaman itu maka dapatlah diteruskan atau disebarkan kepada orang lain (dalam hal ini para pembaca) melintasi ruang dan waktu.
        Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut (Tarigan, 1992:21).


          Pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para peserta didik berpikir. Juga dapat memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita, memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi. Tulisan dapat membantu kita menjelaskan pikiran-pikiran kita. Tidak jarang kita menemui apa yang sebenarnya kita pikirkan dan rasakan mengenai orang-orang, gagasan-gagasan, masalah-masalah, dan kejadian-kejadian hanya dalam proses menulis.

9.      Pengertian Paragraf
Menurut  Uti  Darmawati  dan  Anton  Suparyanto  (2010:  46)  paragraf merupakan bagian dalam suatu karangan yang memiliki gagasan pokok. Gagasan pokok merupakan kalimat yang menjadi pokok permasalahan dalam paragraph selanjutnya diikuti gagasan penjelas. Kalimat dalam paragraf harus runtut dan saling berkaitan. Sedangkan Suparno dan Mohamad Yunus (2007: 3.16) mendefinisikan paragraf atau alinea sebagai satuan bagian karangan yang digunakan untuk mengungkapkan sebuah gagasan dalam bentuk untaian kaliimat. Dapat diakatakan bahwa menyusun paragraf pada hakikatnya adalah menyusun sejumlah kalimat dalam rangka menghubungkan sejumlah gagasan.
Pendapat Yeti Mulyati dkk (2009: 5.22) menyatakan bahwa paragraf terdiri dari kalimat utama/kalimat pokok dan kalimat penjelas. Kalimat pokok/kalimat utama adalah kalimat yang mengandung pokok permasalahan/gagasan utama. Sementara itu kalimat penjelas merupakan kalimat-kalimat yang menjelaskan kalimat pokok. Dari beberapa definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa paragraf merupakan gabungan kalimat yang terdiri dari kalimat topik/kalimat utama dan kalimat-kalimat lain yang menjelaskan kalimat topik/kalimat utama. Kalimat topik adalah kalimat utama yang mengandung gagasan pokok. Sedangkan kalimat penjelas adalah kalimat yang menjelaskan kalimat topik tersebut.

10.  Jenis-Jenis Paragraf
Menurut Suparno dan Mohamad Yunus (2007: 3.22-3.22) paragraf terdiri dari empat jenis, seperti berikut ini:
a. Paragraf Deduktif
Jenis paragraf ini memiliki kalimat topik pada bagian awal paragraf dan kalimat-kalimat pengembang setelah kalimat topik. Hal itu berarti bahwa gagasan dasar dikemukakan terlebih dahulu dan gagasan-gagasan pengembang isi paragraf dikemukakan kemudian. Paragraf berikut adalah contoh paragraf deduktif:
Semangat serta kesungguhan hati guru dalam mengajar dirasakan makin pudar karena kesejahteraan diabaikan. Imbalan yang mereka terima rendah. Gaji mereka sering terlambat dan banyak potongan untuk keperluan yang kadang-kadang tidak jelas. Mereka juga tidak memiliki status sosial-ekonomi yang bergengsi.

b. Paragraf Induktif
Paragraf jenis ini memiliki kalimat topik pada bagian akhir paragraf. Hal itu berarti bahwa informasi dalam paragraf diawali dengan gagasan-gagasan pengembang dan diakhiri dengan gagasan dasar. Paragraf berikut adalah contoh paragraf induktif.
Siswa yang rajin belajar dapat ditemukan dimana-mana, di dalam kota, di pinggir kota, dan di desa. Siswa yang berprestasi tinggi cukup banyak dan dapat ditemukan di mana-mana juga. Tidak sedikit di antara mereka yang memperhatikan dan peduli dengan keadaan lingkungan. Tampaknya, masa depan generasi penerus masih dapat diharapkan.


c. Paragraf Kombinasi Deduktif dan Induktif
Pada jenis ini, paragraf memiliki dua kalimat topik yang ditempatkan pada bagian awal dan bagian akhir. Dua kalimat topik itu memiliki gagasan dasar yang sama, hanya redaksi pengungkapannya berbeda. Kalimat-kalimat pengembang berada di antara dua kalimat topik itu. Dibawah ini adalah contoh paragraf kombinasi:
Belajar pada hakikatnya berlangsung sepanjang hayat. Sejak bayi anak sudah belajar. Sebelum bersekolah, anak sudah belajar di dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya. Pada usia 6-12 tahun anak mulai bersekolah di sekolah dasar. Setelah menyelesaikan sekolahnya, dia masih terus belajar, setidak-tidaknya belajar memecahkan masalah yang dihadapi setiap saat. Prose situ berlangsung terus sampai tua. Pendek kata, belajar itu tidak mengenal batas umur.


d. Paragraf Deskriptif
Jenis paragraf ini tidak memiliki kalimat topik dan kalimat pengembang. Semua kalimat yang terdapat dalam paragraf merupakan kalimat topik. Sesuai namanya, paragraf deskritif lazim digunakan untuk mendeskripsikan suatu latar cerita. Paragraf ini digunakan dalam wacana narasi, seperti tampak pada contoh berikut:
Dari jauh terdengar anjing menggonggong. Di sekitar tempatku bersembunyi tidak terlihat suara-suara kehidupan. Malam itu sangat sunyi, dan sangat gelap. Desis angin pun tidak terasa, tetapi dinginnya malam sempat menyentuh tulangku.


11.  Pengertian Media Pembelajaran
          Sangat banyak pendapat dikemukakan oleh para ahli pendidikan dan komunikasi yang memberikan penjelasan mengenai media pembelajaran, termasuk kegunaannya. Sehingga dapat memberikan penjelasan yang lugas tentang media pembelajaran.
Kata media berasal dari bahasa latin “medium”  yang secara umum berarti; tengah, perantara atau pengantar. Hamidjojo (Rodhatul jennah: 2009) memberikan batasan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebarkan ide, gagasan, atau pendapat sehingga ide, gagasan, atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju.

          Keberadaan media pada setiap kegiatan belajar mengajar sangat penting. Karena media merupakan alat komunikasi yang bertujuan membangkitkan rangsangan untuk belajar. Gagne dan Briggs   (M. Yamin: 2007) mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran.
          Media dalam pembelajaran adalah alat bantu yang tak bernyawa. Fungsinya akan terlihat jika guru pandai memanfaatkannya dalam proses belajar mengajar. Media merupakan sesuatu yang sangat bermanfaat bagi peserta didik dalam proses belajar mengajar karena dapat mempermudah kegiatan belajar peserta didik. Dengan adanya media pula diharapkan dapat tercipta suasana belajar yang menyenangkan dan tujuan belajar dapat tercapai.

12.  Kartu Kalimat Sebagai Media Pembelajaran
          Ciri media pembelajaran adalah bahwa media mengandung dan membawa peran atau informasi kepada penerima yaitupeserta didik. Dan yang terpenting adalah media itu disiapkan untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kemampuanpeserta didik, sertapeserta didik  dapat aktif berpartisipasi dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu perlu dirancang dan dikembangkan lingkungan pembelajaran yang interaktif yang dapat menjawab dan memenuhi kebutuhan belajar dengan menyiapkan kegiatan pembelajaran dengan medianya yang efektif guna menjamin terjadinya pembelajaran.
Dalam pemilihan media untuk kepentingan belajar, Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (Rodhatul Jennah: 2009) mengatakan bahwa harus memperhatikan beberapa kriteria sebagai berikut:
a.       Ketepatannya dengan tujuan pembelajaran.
b.      Kemudahan memperoleh media.
c.       Keterampilan pengajar dalam menggunakannya.
d.      Tersedianya waktu untuk menggunakannya.
e.       Sesuai dengan taraf berfikir siswa.

            Kartu kalimat adalah kartu yang terbuat dari kertas dan ditulisi kalimat. Setiap kartu terdapat satu kalimat, kartu kalimat digunakan untuk menyusun kalimat menjadi sebuah paragraf. Kartu kalimat juga dapat digunakan sebagai pokok pikiran utama bagi peserta didik untuk merangkai sebuah paragraf sesuai dengan pemikiranpeserta didik.
Contoh:
MOBIL ITU BERWARNA BIRU
 
PAMAN CIKA MENANAM SAYUR
      


      Kartu bahasa yang tepat digunakan dalam pembelajaran menulis kalimat adalah dengan menggunakan kartu kalimat.

13.  Penggunaan kartu kalimat dalam pembelajaran menyusun paragraf
Langkah-langkah pembelajaran menyusun paragraf dengan menggunakan media kartu kalimat sebagai berikut: (1) Siswa diberi apersepsi menyangkut materi menyusun paragraf, (2) guru membawa 4 buah kartu kalimat dan ditempel di papan tulis secara acak, siswadiajak bersama-sama untuk menyusun paragraf secara utuh dengan mengurutkan kartu kalimat tersebutmelalui urutan dari yang pertama sampai kartu terakhir, (3) guru membimbing siswa mencari topik paragraf kemudian mengurutkan kartu kalimat menjadi kesatuan paragraf dengan mengingat kaidah yang berlaku, (4) siswa diberi kebebasan untuk menyampaikan pendapatnya dengan terpimpin dan teratur, (5) siswa bersama guru menyepakati jawaban yang terbaik sesuai kaidah penyusunan paragraf yang benar.
B.  Penelitian yang Relevan
1.      Noveria Anggraeni fiaji
C. Kerangka Berpikir
Kartu kalimat adalah kartu yang terbuat dari kertas dan ditulisi kalimat. Di setiap kartu terdapat satu kalimat kartu kalimat digunakan untuk menyusun atau mengurutkan kalimat menjadi sebuah paragraf.
Dengan meningkatnya kreativitas dan daya inovatif guru dalam melakukan pengajaran menulis kalimat dapat meningkatkan kemampuan menulis paragraf peserta didik.
Media merupakan sesuatu yang sangat bermanfaat bagi peserta didik dalam proses belajar mengajar karena dapat mempermudah kegiatan belajar peserta didik. Dengan adanya media pula diharapkan dapat tercipta suasana belajar yang menyenangkan dan tujuan belajar dapat tercapai. Berdasarkan alasan tersebut, maka media kartu kalimat dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis pargraf.




D.  Hipotesis Penelitian
            Hipotesis adalah suatu perumusan sementara mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu dan juga dapat menuntun atau mengarahkan penyelidikan selanjutnya (Husein Umar: 2007).
         Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah,
1.      Aktivitas peserta didik kelas IV SDN 5 Pahandut Palangka Raya Tahun Pelajaran 2013/2014 dalam menulis paragraf dapat meningkat.
2.      Ada peningkatan kemampuan menulis paragraf dengan menggunakan kartu kalimat pada peserta didik kelas IV SDN 5 Pahandut Palangka Raya Tahun Pelajaran 2013/2014.

No comments:

Post a Comment