Monday 23 May 2016

Paradikma Konstruktivisme dalam Pembelajaran




Paradikma Konstruktivisme dalam Pembelajaran
      1.   Memahami Paradigma Konstruktivisme
Jika kita kaji secara cermat perubahan-perubahan paradikma dan pandangan pendidikan, maka kita dapat melihat adanya tuntutan terhadap perubahan proses pembelajaran yang menuntut terjadinya proses pemberdayaan diri dan pengembangan potensi-potensi peserta didik secara holistik melalui proses pembelajaran yang dilakukan setiap guru. Dalam pembahasan pembelajaran, pengkajian yang mendalam tentang paradikma kontruktivisme merupakan suatu tuntutan baru di tengah terjadinya perubahan besar dalam memaknai proses pendidikan dan pembelajaran. Pergeseran paradigma pembelajaran yang sebelumnya lebih menitikberatkan pada peran guru, fasilitator, instruktur yang demikian besar, dalam perjalannya semakin bergeser pada pemberdayaan peserta didik atau siswa dalam mengambil inisiatif dan partisipasi di dalam kegiatan  belajar. Dalam kajian filsafat, berkembangnya konstruktivisme tidak terlepas dari perubahan pandangan yang cukup lama yang menempatkan pengetahuan sebagai reprentasi (gambaran atau ungkapan) kenyataan dunia yang terlepas dari pengamat (objektivisme). Pandangan yang menganggap bahwa pengetahuan merupakan kumpulan fakta. Namun akhir-akhir ini berkembang pesat pemikiran, terlebih dalam bidang sain yang menempatkan bahwa pengetahuan dari subjek yang sedang belajar mengerti (Suparno, 1997:18). Dalam proses pengembangannya pemikiran-pemikiran baru semakin mendapat tempat yang luas, bahwa pengetahu lebih dianggap sebagai suatu proses pembentukan (koknstruksi) jyang terus meneru berkembang dan berubah. Karena itu para ilmuwan semakin memberikan peluang bagi pembuktian dan penyempurnaan teori-teori temuannya untuk diverifikasi bahkan dirubah. Suatu perubahan pandangan yang sangat mendasar yang sebelumnya merupakan sesuattu yang sangat kurang pendapat perhatian.
Konstrutuvisme merupakan respons terhadapa berkembangannya harapan-harapan baru berkaitan dengan proses pembelajaran yang menginginkan perran aktif siswa dalam merekayasa dan memprakarsai kegiatan belajarnya sendiri. Hampir semua kalangan yang terlibat dalam mengkaji masalah-masalah pembelajaran mengetahui bahwa konstruktivisme merupakan paradikma alternatif pembelajaran yang muncul sebagai akibat revolusi ilmiah yang terjadi beberapa dasawarsa belakangan ini.

 
       2.   Memahami Paradigma Konstruktivisme
Jika kita kaji secara cermat perubahan-perubahan paradikma dan pandangan pendidikan, maka kita dapat melihat adanya tuntutan terhadap perubahan proses pembelajaran yang menuntut terjadinya proses pemberdayaan diri dan pengembangan potensi-potensi peserta didik secara holistik melalui proses pembelajaran yang dilakukan setiap guru. Dalam pembahasan pembelajaran, pengkajian yang mendalam tentang paradikma kontruktivisme merupakan suatu tuntutan baru di tengah terjadinya perubahan besar dalam memaknai proses pendidikan dan pembelajaran. Pergeseran paradigma pembelajaran yang sebelumnya lebih menitikberatkan pada peran guru, fasilitator, instruktur yang demikian besar, dalam perjalannya semakin bergeser pada pemberdayaan peserta didik atau siswa dalam mengambil inisiatif dan partisipasi di dalam kegiatan  belajar. Dalam kajian filsafat, berkembangnya konstruktivisme tidak terlepas dari perubahan pandangan yang cukup lama yang menempatkan pengetahuan sebagai reprentasi (gambaran atau ungkapan) kenyataan dunia yang terlepas dari pengamat (objektivisme). Pandangan yang menganggap bahwa pengetahuan merupakan kumpulan fakta. Namun akhir-akhir ini berkembang pesat pemikiran, terlebih dalam bidang sain yang menempatkan bahwa pengetahuan dari subjek yang sedang belajar mengerti (Suparno, 1997:18). Dalam proses pengembangannya pemikiran-pemikiran baru semakin mendapat tempat yang luas, bahwa pengetahu lebih dianggap sebagai suatu proses pembentukan (koknstruksi) jyang terus meneru berkembang dan berubah. Karena itu para ilmuwan semakin memberikan peluang bagi pembuktian dan penyempurnaan teori-teori temuannya untuk diverifikasi bahkan dirubah. Suatu perubahan pandangan yang sangat mendasar yang sebelumnya merupakan sesuattu yang sangat kurang pendapat perhatian.
Konstrutuvisme merupakan respons terhadapa berkembangannya harapan-harapan baru berkaitan dengan proses pembelajaran yang menginginkan perran aktif siswa dalam merekayasa dan memprakarsai kegiatan belajarnya sendiri. Hampir semua kalangan yang terlibat dalam mengkaji masalah-masalah pembelajaran mengetahui bahwa konstruktivisme merupakan paradikma alternatif pembelajaran yang muncul sebagai akibat revolusi ilmiah yang terjadi beberapa dasawarsa belakangan ini.

Sunday 1 May 2016

Pengertian Belajar



Pengertian Belajar
            Belajar merupakan bagian dari inti dalam proses pendidikan dandikatakansebagai awal mula seseorang anak mengenal lingkungan sekitarnya. Untuk mencapai tujuan pendidikan maka perlu adanya perubahan tingkah laku. Beberapa ahli memberikan defenisi yang berlainan mengenai belajar diantaranya Watson (2005:221) mengemukakan bahwa belajar adalah “proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observable) dan dapat diukur”.
Slameto (1995:2) mengemukakan bahwa
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai penglamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

Menurut Gagne (dalam Djamarah,1999:22) belajar adalah “suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku”.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah lakunya baik memalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, apektif dan psikomotor untuk meperoleh tujuan tertentu. Berdasarkan defenisi yang telah di temukan, secara umum belajar merupakan ciri-ciri perbuatan yang menghasilkan perbuatan kearah yang lebih baik dan perubahan tersebut diperoleh dari latihan yang disengaja. Dalam kegiatan pembelajaran peserta didik adalah subyek dan sebagai obyek dari kegiatan pembelajaran. Sebagai subyek peserta didik sendiri yang tentunya harus melakukan kegiatan belajar. Inti dari kegiatan pembelajaran adalah peserta didik.
a.    Tujuan belajar
Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal kompleks. Tujuan belajar penting bagi pendidik dan peserta didik itu sendiri. Dari segi pendidik, pendidik memberikan informasi tentang sasaran belajar. Bagi pesera didik sasaran tersebut merupakan tujuan belajarnya sementara. Dengan belajar maka kemampuan peserta didik meningkat. Meningkatnnya kemampuan peserta didik mendorong peserta didik untuk mencapai tujuan belajar yang baru.
Soejanto (1979:25) mengemukakan bahwa tujuan belajar adalah “aktifitas belajar akan lebih efesien bila jelas tujuan yang akan dicapai. Supaya usaha kita ingin tercapai maka perlu diciptakan adanya system lingkungan (kondisi) yang kondusip”.
Dari pendapapat diatas bahwa tujuan belajar adalah tercapainya pembelajaran apabila pendidik menguasai tujuan pembelajaran yang akan dipelajari dan dapat menciptakan lingkungan yang kondusif.
b.    Hasil belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar selalu berkaitan dengan keunggulan setiap individu, sebab ingin mecapai sukses dan hasil belajar dalam berkompetensi dengan beberapa keunggulan. Orang yang mencapai standar keunggulan selalu berorientasi pada hasil dan semangat juang tinggi untuk meraih tujuan. Hal ini berarti hasil belajar adalah yang dicapai dari suatu tindakan atau usaha yang telah dilaksanakan oleh seseorang.
Menurut Hamalik (2006:30) hasil belajar adalah “bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti”. Sudjana (1990:22) menyatakan “hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.
Dari pendapat diatas dapat disimpulakan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik setelah peserta didik tersebut mengalami aktifitas belajar.
Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar yakni: (1) informasi verbal, (2) percakapan intelektual, (3) strategi kognitif, (4) sikap dan keterampilan. Sementara Bloom mengungkapkan 3 tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu: (1) kognitif, (2) apektif, (3) psikomotorik. Sudjana, (1990:20).

Rujukan
Djamarah, Syaiful Bahri. 1999. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, O. 2001. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Nana Sudjana. 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensido.
Slameto. 1990. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Soejanto Agus. 1979. Bimbingan Kearah Belajar Yang Sukses. Surabaya: Arena Ilmu.